Flux Core Arc Welding (FCAW) : Pengoperasian FCAW

Proses pengelasan busur yang menghasilkan peleburan logam dengan menggunakan panas busur
antara elektroda logam pengisi kontinu (dapat di umpan) dan pekerjaan. Pelindung disediakan oleh fluks yang terkandung di dalam elektroda tubular. Pelindung tambahan mungkin dtambahkan atau tidak dari gas yang disuplai atau campuran gas.

Penyiapan FCAW Secara Umum

Persiapannya hampir sama dengan GMAW, salah satu yang membedakannya pada kawat yang digunakan, GMAW menggunakan kawat solid sementara FCAW menggunakan kawat tubular berinti Fluks. Yaitu :
  1. Sumber daya potensial yang konstan (cocok untuk bekerja)
  2. Pengumpan kabel kecepatan konstan (cocok untuk kabel yang akan digunakan)
  3. Elektroda (kawat) cocok untuk bekerja
  4. Regulator / flowmeter (disesuaikan dengan gas atau campuran)
  5. Silinder campuran gas atau gas (cocok untuk bekerja)
  6. Rakitan gun dan kabel yang sesuai
  7. Panjang kabel las yang sesuai
  8. Panjang kabel arde dan penjepit yang sesuai
  9. Helm las dan alat pelindung

Klasifikasi Kawat Elektroda

FCAW adalah proses las yang menggunakan kawat elektroda kontinyu, di mana inti fluksi akan melindungi cairan las dan kemudian membentuk terak ( tipis ) setelah cairan las beku, seperti proses las busur manual.

Beberapa tipe kawat elektroda dapat melindungi secara keseluruhan proses tersebut, artinya fluksinya dapat melindungi cairan las dari kontaminasi udara luar pada saat proses las berlangsung dan membentuk terak pelindung saat pembekuan. Namun ada tipe kawat elektroda yang membutuhkan gas pelindung tambahan ( kedua ), seperti gas Carbon Dioksida ( CO2 ) atau campuran gas Argon / CO2.

Kawat elektroda berinti fluksi ( flux-core electrode wire ) diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain :
  • bahan yang dilas
  • gas pelindung yang gunakan
  • posisi pengelasan
  • jenis arus yang dipakai
  • bentuk konstruksi

Sistem penulisan pada pengklasifikasian kawat elektroda dibagi tiga kelompok, di mana tiap kelompok terdiri dari huruf dan angka yang akan menunjukkan arti dari klasifikasi kawat tersebut. Ada beberapa sistem klasifikasi elektroda yang dipakai saat ini, antara lain menurut sistem klasifikasi American Welding Society ( AWS ), Australian Standard ( AS ), JIS, DIN, dan lainnya.

Sumber daya potensial konstan (CP) atau tegangan konstan (CV) tersedia dengan kontrol mekanis, elektrik, atau solid state dalam berbagai kapasitas. Pengumpan kabel kecepatan konstan tersedia dalam berbagai kapasitas yaitu ukuran kawat, kecepatan umpan kawat, dll.

Klasifikasi Elektroda FCAW menurut AWS

Elektroda FCAW di tulis seperti berikut, Contoh ER70T-9 dimana :
  • ER    = Electrode Rod (Kawat Elektroda
  • 70     = Kekuatan tarik minimum dalam 1000 psi
  • T       = Kawat Tubular
  • 9       = Kelas khusus berbasis kawat pada analisis kimia dan properti fisik

Pemilihan Kawat Elektroda 

Jenis elektroda yang akan digunakan pada suatu pengelasan sangat ditentukan oleh keperluan pengelasan itu sendiri.  Secara umum jenis kawat elektroda untuk FCAW adalah : rutile, hydrogen controlled, serbuk besi ( metal cored ) dan self-shieding yang penggunaannya adalah sebagai 
berikut : 

1. Rutile 
Kawat elektroda rutile digunakan untuk pengelasan sambungan tumpul ( butt ) dan sudut ( fillet ) jalur tunggal atau bertumpuk ( multiple ) pada baja tegangan rendah atau medium untuk posisi flat, vertikal dan di atas kepala. 

2. Basic ( Hydrogen Controlled ) 
Kawat elektroda jenis ini digunakan untuk pengelasan kualitas tinggi, sehingga susuai untuk mengelas baja tegangan tinggi atau untuk penggunaan di mana dibutuhkan sifat mekanik yang baik. Secara umum kawat elektroda hydrogen controlled cocok untuk pengelasan semua posisi. 

3. Serbuk Besi ( Metal Cored ) 
Kawat elektroda jenis ini dibuat dengan menambahkan serbuk besi, bahan-bahan paduan dan sedikit stabiliser arus. Proses pengelasan menggunakan DC + dan gas pelindung adalah Argon-mix . Menghasilkan pengisian/ jalur las yang baik pada penggunaan arus tinggi dan volume yang banyak dengan terak yang tipis. 
 
4. Self-Shielding 
Jenis kawat elektroda ini tidak membutuhkan gas pelindung tambahan, artinya kebutuhan gas pelindung sudah tercukupi oleh fluksi yang ada pada inti kawat.  

Kelebihan kawat las self-shielding : 
  • Biaya pengoperasian lebih murah, karena tidak memerlukan gas pelindung, regulator, dan flow meter.  
  • Dapat digunakan pada pengelasan di daerah terbuka, di mana tiupan angin menjadi masalah. 
  • Harga tang las dan biaya perawatan lebih murah. 
  • Jenis kawat las lebih bervariasi ( a.l : untuk jalur bertumpuk, root, paduan, dan untuk konstruksi berat). 
Kelemahan kawat las self-shielding : 
  • Sensitif terhadap kondisi pengelasan ( hasil tidak maksimal jika teknik las dan penanganan atau setting tidak sesuai ). 
  • Asap las sangat banyak, sehingga memerlukan sistem pengisap jika mengelas dalam ruangan (tempat) tertutup. 

Stickout  

Stickout adalah panjang kawat elektroda yang keluar dari ujung nozzle. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka pengaturan stickout harus sesuai dengan jenis pekerjaan dan diameter kawat, namun secara umum adalah lebih panjang bila dibandingkan dengan penggunaan pada GMAW, yaitu antara 10 mm untuk kawat diameter kecil sampai 30 mm untuk kawat diameter besar. Biasanya tiap pabrik pembuat kawat las flux cored  merekomendasikan panjang stickout yang sesuai untuk memperoleh hasil las yang optimum, yakni dengan mengacu pada : 
  • jenis gas pelindung ( jika tipe kawat non self-shielding ) 
  • diameter kawat 
  • posisi pengelasan 
  • pengkutuban. 


Pengaturan Besar Arus dan Tegangan Pengelasan  

1. Rutile 
Tabel berikut ini adalah ketentuan untuk DC positif, gas pelindung CO2 pada penggunaan 8 – 12 L/min: 



2. Hydrogen Controlled 
Tabel berikut ini adalah ketentuan untuk DC positif, gas pelindung 18% Argon/ CO2 pada penggunaan 15 – 20 L/min: 


3. Serbuk Besi

4. Self-Shielding 
Pengelasan hanya menggunakan DC negatif: 



Keselamatan dan Kesehatan Kerja FCAW (review ) 

Sama halnya dengan proses-proses las yang lain, khususnya yang menggunakan las busur listrik, maka pekerjaan FCAW adalah salah satu jenis pekerjaan yang cukup berpotensi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan atau malah dapat menyebabkan kecelakaan kerja. 
Gangguan kesehatan atau kecelakaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni operator atau teknisi las itu sendiri, mesin dan alat-alat las, atau lingkungan kerja, namun secara umum ada beberapa resiko kalau bekerja dengan proses FCAW, yaitu kejutan listrik ( electric shock ), sinar las, debu dan asap las dan luka bakar serta kebakaran. 

Kejutan Listrik 
Kecelakaan akibat kejutan listrik dapat terjadi setiap saat, baik itu pada saat pemasangan peralatan, penyetelan atau pada saat pengelasan. Resiko yang akan terjadi dapat berupa luka bakar, terjatuh, pingsan serta dapat meninggal dunia. Upaya mencegah kecelakaan pada mesin FCAW  : 
  • Kabel primer harus terjamin dengan baik, mempunyai isolasi yang baik. 
  • Kabel primer usahakan sependek mungkin 
  • Hindarkan kabel-kabel las dari goresan, loncatan bunga api dan kejatuhan benda panas 
  • Periksalah sambungan-sambungan kabel, apakah sudah ketat, sebab persambungan yang longgar  dapat menimbulkan panas yang tinggi serta dapat mengganggu kestabilan arus las. 
  • Jangan meletakkan tang las pada meja las atau pada benda kerja 
  • Perbaikilah segera kabel-kabel yang rusak 
  • Pemeliharaan dan perbaikan mesin las sebaiknya ditangani oleh orang yang ahli di bidangnya. 
  • Jangan mengganggu komponen-komponen dari mesin las. 

Sinar las 
Dalam proses pengelasan menggunakan FCAW timbul sinar yang membahayakan operator las dan pekerja lain didaerah pengelasan. Sinar yang membahayakan tersebut adalah : 
  • Cahaya tampak 
  • Sinar infra merah 
  • Sinar ultra violet 
Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las  : 
  • Memakai pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu kedok atau helm las. 
  • Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja ( pakaian pelindung ) pakaian kerja , apron/jaket las, sarung tangan , sepatu keselamatan kerja ). 
  • Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak terganggu (menggunakan kamar las yang tertutup, menggunakan tabir penghalang. 

Debu dan Asap Las 
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 mikro meter sampai dengan 3 mikro meter yang biasanya terdiri dari jenis debu eternit dan hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan ukuran 0,5 mikro meter dapat terhisap, tetapi sebagian akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedang yang lebih halus akan terbawa ke dalam dan ke luar kembali. Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara diparu-paru akan menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu debu dan 
asap las perlu dapat perhatian khusus. 
Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las  : 
  • Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur dan diupayakan, di mana setiap kamar las dilengkapi dengan pipa pengisap debu dan asap yang penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata / posisi wajah ( hidung ) operator las yang bersangkutan. 
  • Menggunakan kedok/ helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung harus menutupi sampai di bawah wajah ( dagu ), sehingga mengurangi asap/ debu ringan melewati wajah. 
  • Menggunakan baju las (Apron) terbuat dart kulit atau asbes. 
  • Menggunakan alat pernafasan pelindung debu, jika ruangannya tidak ada sirkulasi udara yang memadai ( sama sekali tidak ada ). 

Luka Bakar 
Luka bakar dapat terjadi karena  : 
  • Logam panas 
  • Busur cahaya 
  • Loncatan bunga api 
Untuk mencegah luka bakar, operator las harus memakai baju kerja yang lengkap yang 
meliputi : 
  • Baju kerja (overall) dari bahan katun 
  • Apron / jaket kulit 
  • Sarung tangan kulit 
  • Topi kulit ( terutama untuk pengelasan posisi di atas kepala ) 
  • Sepatu kerja 
  • Helm / kedok las 
  • Kaca mata bening, terutama pada saat membuang terak. 
Artikel Terkait : Peralatan FCAW
Referensi 
Indonesia Australia Partnership for Skills Development, Batam Institutional Development Project :
dasar-las-flux-core-fcaw . Tahun 2002.

Flux Core Arc Welding (FCAW) : Peralatan FCAW

Peralatan utama FCAW secara umum adalah sama dengan peralatan Las MIG/MAG (GMAW), perbedaannya hanya pada sistem wire feeder unit , di mana rol pembawa kawat elektroda pada FCAW digunakan tipe-U, yaitu untuk menjaga kawat elektroda tidak rusak karena kawat berinti (flux-core elektrode) pada prinsipnya merupakan kawat berongga/ pipa.

Baca Juga Artikel Terkait : Pengoperasian FCAW

Peralatan Utama ( review )

Peralatan utama adalah peralatan yang berhubungan langsung dengan proses pengelasan, yakni minimum terdiri dari :
  • mesin las
  • unit pengontrol kawat elektroda ( wire feeder )
  • tang las beserta nozzle
  • kabel las dan kabel kontrol
  • botol gas pelindung
  • regulator gas pelindung


Mesin Las

Sistem pembangkit tenaga pada mesin FCAW pada prinsipnya adalah sama dengan mesin MMAW dan GMAW yang dibagi dalam 2 golongan, yaitu : Mesin las arus bolak balik (Alternating Current / AC Welding Machine) dan Mesin las arus searah (Direct Current / DC Welding Machine), namun sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan jenis bahan yang dilas yang kebanyakan adalah jenis baja, maka secara luas proses pengelasan dengan FCAW adalah menggunakan mesin las DC.

Umumnya mesin las arus searah ( DC ) mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las ( AC ) yang kemudian diubah menjadi arus searah dengan voltage yang konstan (constant-voltage ). Pemasangan kabel-kabel las ( pengkutuban ) pada mesin las arus searah dapat diatur /dibolak-balik sesuai dengan keperluan pengelasan, ialah dengan cara :
  • Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity / DCSP/DCEN)
  • Pengkutuban terbalik (Direct Current Reverce Polarity / DCRP/DCEP)

Pengkutuban langsung (DCSP/DCEN) :
Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif (+) mesin las dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan dengan kabel elektroda. Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.

Pengkutuban terbalik (DCRP/ DCEP) :
Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las dihubungkan dengan benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.


Wire Feeder Unit

Alat pengontrol kawat elektroda (wire feeder unit) adalah alat/ perlengkapan utama pada pengelasan dengan FCAW. Alat ini biasanya tidak menyatu dengan mesin las, tapi merupakan bagian yang terpisah dan ditempatkan berdekatan dengan pengelasan.
Fungsinya adalah sebagai berikut :
  • menempatkan rol kawat elektroda
  • menempatkan kabel las ( termasuk tang las dan nozzle ) dan sistem saluran gas pelindung
  • mengatur pemakaian kawat elektroda ( sebagian tipe mesin, unit pengontrolnya terpisah dengan wire feeder unit )
  • mempermudah proses/ penanganan pengelasan, di mana wire feeder tersebut dapat dipindah-pindah sesuai kebutuhan.
Sistem Mekanik Wire Feeder


Keterangan :
1. Kumparan kawat 
2. Pengarah kawat 
3. Rol pembawa kawat 
4. Rol penjepit kawat 
5. Nozzle 


Tang Las ( Welding Gun / Torch ) 


Welding Gun


Kabel Las 

Pada mesin las terdapat kabel primer ( primary power cable ) dan kabel sekunder atau kabel las (welding cable ). Kabel primer ialah kabel yang menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat inti pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan pentanahan dari mesin las. 

Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari kabel yang dihubungkan dengan tang las dan benda kerja serta kabel-kabel kontrol. Inti Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas arus maksimum dari pada mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel akan naik, sebaliknya makin besar diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah. 

Regulator Gas Pelindung 

Fungsi utama dari regulator adalah untuk mengatur penyaluran/ pemakaian gas pelindung. Untuk pemakaian gas pelindung dalam waktu yang relatif lama, terutama gas CO2 diperlukan pemanas (heater-vaporizer ) yang dipasang antara silinder gas dan regulator. Hal ini diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang berakibat terganggunya aliran gas. 


Tabung Gas dan Regulator


Alat-alat Bantu ( review ) 

Sama halnya dengan peralatan utama GMAW, maka alat-alat bantu yang dipakai pada FCAW adalah relatif sama dengan alat-alat bantu yang dipakai pada GMAW. Namun karena pada proses FCAW menghasilkan terak, maka diperlukan alat bantu untuk membersihkan terak.

Palu Terak dan Sikat Baja 

Palu terak (chipping hammer) dan sikat kawat baja dipergunakan untuk membersihkan terak-terak setiap selesai satu pengelasan atau pada waktu akan menyambung suatu jalur las yang terputus. Palu terak mempunyai ujung-ujung yang berbentuk pahat dan runcing. Ujung yang runcing dipakai membuang rigi-rigi pada  bagian yang berbentuk sudut, sedangkan ujung yang berbentuk pahat dipergunakan pada permukaan rigi-rigi yang rata. 

Alat Penjepit ( Smit Tang ) 

Untuk memegang benda kerja yang panas dipergunakan alat ( tang )penjepit dengan macam-macam bentuk, seperti bentuk moncong rata, moncong bulat, moncong srigala dan moncong kombinasi. 

Alat - alat Bantu


Tang Pemotong Kawat 

Pada kondisi tertentu, terutama setiap akan memulai pengelasan kawat elektroda perlu dipotong untuk memperoleh panjang yang ideal. Untuk itu diperlukan tang pemotong kawat. 

Pemotongan Kawat



Referensi 
Indonesia Australia Partnership for Skills Development, Batam Institutional Development Project :
dasar-las-flux-core-fcaw . Tahun 2002.

Soal - Soal SMAW dan Jawabannya (2021)


Pilihlah jawaban a, b, c, d, dan e pada pilihan ganda soal berikut :



1. Sumber yang dapat digunakan untuk menyiapkan material pengelasan………..

a. Lembar Informasi
b. Lembar Kerja
c. Lembar Operasi
d. Lembar evaluasi
e. Lembar wawancara



2. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat proses pengelasan…….….
a. Kacamata bening, sarung tangan dan sepatu
b. Kedok las, sarung tangan dan sepatu
c. Sarung tangan, apron dan kacamata bening
d. Kacamata bening, apron dan sepatu
e. Apron, Sarung tangan, Ear muff



3. Peralatan Utama mesin las SMAW diantaranya kecuali…………….
a. Trafo Las
b. Kabel Masa
c. Kabel Elektroda
d. Trafo Las , Kabel Masa
e. Palu Terak, Sikat Kawat


4. Istilah lain untuk las busur metal manual adalah….
a. SMAW
b. GTAW
c. GMAW
d. OAW
e. FCAW

5. Berdasarkan standar AWS dua angka pertama setelah huruf E menunjukkan….

a. Jenis salutan 
c. Kekuatan Tarik minimum
b. Posisi pengelasan
d. Karakteristik elektroda
e. Komposisi Kimia


6. Berdasarkan Standar AWS E6013, angka 3 menunjukan jenis salutan………

a. Cellulose 
c. Low hydrogen
b. Rutile 
d. Iron powder
c. High Titania Potasium


7. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis elektroda adalah…
a. Jenis dan tebal material yang dilas
b. Output mesin las dan tebal material yang dilas
c. Output mesin las dan jenis material yang dilas
d. Tebal dan panjang material yang dilas
e. Mesin las dan lebar material



8. Uji coba peralatan las yang baru selesai dihubungkan/dirangkai diperlukan untuk menjamin…
a. Peralatan dapat berfungsi sesuai spesifikasi
b. Mengetahui alat rusak
c. Efisiensi peralatan lebih tinggi
d. Terjaminnya busur listrik
e. Hasil pengelasan lebih baik



9. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat mengelas….

a. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan jaket kulit
b. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan topi las
c. Kedok/helm las, apron, wearpack dan sepatu las
d. Kedok/helm las, jaket kulit, sarung tangan dan sepatu las
e. Kedok/helm las, apron



10. Jenis dan ukuran elektroda yang sering dipakai..….

a. E 6010 diameter 2,6 mm
b. E 6010 diameter 3,2 mm
c. E 6013 diameter 3,2 mm
d. E 6013 diameter 2,6 mm
e. E 6012 diameter 2,6 mm



11. Besarnya arus listrik yang paling sesuai Diameter Elektroda 2,6 mm….

a. Kurang dari 60 Ampere
b. 60 Ampere s.d 90 Ampere
c. 90 Ampere s.d 120 Ampere
d. 120 Ampere s.d 150 Ampere
e. 40 Ampere s.d 80 Ampere



12. Besarnya sudut pengelasan…

a. 25-60°
b. 45-55°
c. 70-80°
d. 90-110°
e. 80-90°



13. Kabel yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja disebut ….

a. kabel tenaga 
d. kabel benda kerja
b. kabel elektroda 
e. kabel las
c. kabel masa


14. Kabel yang menghubungkan mesin las ke sumber listrik disebut……

a. kabel primer 
d. kabel benda kerja
b. kabel elektroda 
e. kabel las
c. kabel masa



15. Apabila kabel elektroda dipasang pada terminal negatif dan kabel masa dipasang pada terminal positif hal ini disebut dengan ....

a. pengutuban langsung 
d. pengutuban benar
b. pengutuban terbalik 
e. pengutuban senama
c. pengutuban searah



16. Fungsi kedok las adalah ....

a. melidungi mata dari radiasi ultra violet dan infra merah
b. melindungi mata dari percikan bunga api
c. melindungi wajah dari panasnya api las
d. agar dapat melihat benda kerja dengan jelas
e. semua benar


17. Alat untuk menghubungkan kabel masa dengan benda kerja adalah....

a. Tang 
d. klem masa
b. pemegang benda 
e. smet tang
c. pemegang elektroda



18. Di bawah ini yang tidak termasuk alat-alat keselamatan kerja dalam las listrik adalah....

a. sarung tangan 
d. Kamar las
b. apron 
e. Kedok Las
c. sepatu las



19. Klasifikasi elektroda ditulis E XXXX. X ketiga menyatakan ...

a. kekuatan tarik 
d. posisi pengelasan
b. posisi mendatar 
e. jenis selaput
c. posisi bawah tangan



20. Diketahui E6013, angka 1 di sini artinya .....

a. kekuatan mendatar 
d. over head
b. posisi mendatar 
e. semua posisi
c. posisi vertikal



21. Elektroda diameter 2,6 mm sebaiknya menggunakan kuat arus sebesar ….

a. 60 ampere 
d. 85 ampere
b. 70 ampere 
e. 90 ampere
c. 80 ampere



22. Di bawah ini yang bukan termasuk sinar las adalah ....

a. sinar ultraviolet 
d. sinar X
b. sinar infra merah 
e. betul semua
c. sinar las



23. Alat di bawah ini berfungsi sebagai penghubung antara kabel masa dengan benda kerja adalah ....

a. pemegang elektroda 
d. apron
b. klem masa 
e. kedok las
c. smet tang



24. Di bawah ini berfungsi untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las dari jalur las adalah .....

a. sikat kawat 
d. palu konde
b. sikat baja 
e. smet tang
c. palu terak



25. Jika kuat arus yang digunakan (150 – 250) ampere sebaiknya menggunakan kedok las dengan nomor kaca .....


a. 13 
d. 12
b. 10 
e. 14
c. 11



26. Untuk menentukan kuat arus kita harus menentukan, kecuali .....

a. diameter elektroda 
d. cuaca pengelasan
b. tebal bahan 
e. posisi pengelasan
c. jenis elektroda



27. Apabila arus yang digunakan terlalu kecil, mengakibatkan ....

a. penembusan dalam 
d. elektroda melebar terlalu cepat
b. terjadi under cut 
e. rigi-rigi kecil
c. permukaan las lebar



28. Istilah sifat pengutuban juga disebut ….

a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas
e. deformasi
c. overwise



29. Apabila jarak elektroda terlalu jauh terhadap benda kerja maka ….

a. rigi-rigi las kasar 
d. percikan teraknya kasar
b. tembusannya dangkal 
e. percikan teraknya keluar dari jalur las
c. Lebar rigi rigi yang kurang



30. Pada waktu mengelas gerakan elektroda perlu diayunkan, dengan tujuan ...

a. untuk mengatur jarak busur listrik
b. untuk mendapatkan lebar jalur las
c. untuk mendapatkan penembusan
d. untuk mendapatkan penetrasi yang baik
e. untuk mendapatkan arus las yang kecil



31. Berikut ini akibat pergerakan elektroda yang terlalu cepat, kecuali ....

a. perpaduan tambahan dengan bahan dasar yang kurang sempurna
b. penembusan dangkal
c. rigi-rigi kasar
d. lebar rigi-rigi kurang
e. terjadi kerusakan pada sisi lain



32. Untuk mengelas dengan diameter elektroda 3,2 mm sebaiknya menggunakan arus sebesar ......

a. 40 ampere 
d. 100 ampere
b. 60 ampere 
e. 120 ampere
c. 80 ampere



33. Pengelasan pendek-pendek yang berfungsi sebagai pengikat juga disebut ....

a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas 
e. deformasi
c. overwise



34. Diketahui E6013, angka 3 di sini artinya ....

a. kekuatan mendatar 
d. over head
b. posisi mendatar 
e. Jenis salutan
c. posisi vertikal


35. Sedangkan posisi kawat las membentuk sudut .... ternadap permukaan benda kerja.

a. 80º-90º 
d. 40º-50º
b. 70º-80º 
e. 30º-40º
c. 60º-70º



36. Istilah termakannya benda kerja oleh elektroda disebut cacat las ….
a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas 
e. deformasi
c. overwise



37. Alat di bawah ini berfungsi sebagai penghubung antara kabel elektroda dengan elektroda adalah ....

a. Holder Las 
d. apron
b. klem masa 
e. kedok las
c. smet tang



38. Berdasarkan Standar AWS E6012, angka 2 menunjukan jenis salutan………

a. Cellulose potasium 
c. Low hydrogen
b. Rutile 
d. Iron powder
c. High Titania Potasium


39. Apabila kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel masa dipasang pada terminal negatif hal ini disebut dengan ....

a. pengutuban langsung 
d. pengutuban benar
b. pengutuban terbalik
e. pengutuban senama
c. pengutuban searah



40. Bila terjadi hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda disebut.

a. DCSP 
d. pengutuban benar
b. DCRP 
e. DCEN
c. pengutuban searah



SOAL - SOAL GTAW : TEKNIK PENGELASAN KLASTER 9


1. Sistem pendingin yang ada pada rangkaian mesin las GTAW berfungsi untuk …

(A) mendinginkan tungsten yang ada pada torch.
(B) mendinginkan sistem kelistrikan mesin las.
(C) mendinginkan gas pelindung.
(D) mendinginkan bahan pengisi sewaktu pengelasan.
(E) Semua benar



2. Fungsi utama torch ialah …

(A) memegang elektroda bersalut, mengalirkan cairan pendingin dan gas pelindung.
(B) memegang elektroda bersalut, mengalirkan arus listrik dan gas pelindung.
(C) memegang tungsten, mengalirkan cairan pendingin dan gas pelindung.
(D) memegang tungsten, mengalirkan arus listrik dan gas pelindung.
(E) Mengalirkan busur listrk



3. Regulator untuk pengelasan GTAW di set sampai maksimum …

(A) 100 KPa
(B) 150 KPa
(C) 180 KPa
(D) 200 KPa
(E) 250 kpa



4. Berikut karakteristik tungsten murni, kecuali …

(A) daya nyala rendah
(B) muatan arus tinggi
(C) harga murah
(D) busur stabil
(E) nyala terang



5. Bahan pengisi yang digunakan untuk pengelasan stainless steel khususnya peralatan kimia mempunyai kode …

(A) ER70S-2
(B) ER4043
(C) ER5356
(D) ER316L
(E) ER5465



6. Gas pelindung yang mempunyai nilai potensial ionisasinya mencapai 24,5 electron volts ialah gas …

(A) Helium
(B) Argon
(C) Campuran 75% He dan 25% Ar
(D) Campuran argon/helium/hydrogen
(E) Carbon dioksida



7. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan distorsi, kecuali …

(A) Pemanasan
(B) melakukan las catat
(C) menggunakan alat bantu
(D) pengaturan letak bahan
(E) pendinginan



8. Distorsi pada gambar di bawah ini ialah distorsi …




(A) Rotational distortion
(B) Distorsi menyudut
(C) Buckling
(D) Transversal distortion
(E) Angular distortion



9. Salah satu teknik perbaikan distorsi yaitu …

(A) perbaikan dengan pendinginan
(B) perbaikan dengan pemanasan
(C) Melakukan las catat
(D) Menggunakan alat bantu (jig and fixture)
(E) Pengaturan letak bahan (pre setting)



10. Gambar di bawah ini menunjukan sambungan …




(A) I Joint
(B) J Joint
(C) X Joint
(D) U Joint 
(E) Double V Joint



11. Pengelasan material stainless steel lebih tepat menggunakan tungsten …

(A) Zirconiated
(B) Titanium
(C) Thoriated
(D) Alloy steel
(E) Mild steel



12. Salah satu teknik pemeriksaan hasil las yang termasuk kategori non destruktif test dengan alat bantu ialah …

(A) penetrant test
(B) tensile test
(C) bending test
(D) hardness test
(E) visual test



13. Agar menghasilkan pengelasan yang baik dan sempurna, langkah – langkah apa yang perlu dilakukan ?

(A) Memiliki peralatan yang serba baru
(B) Prosedur pengelasan yang tepat dan benar
(C) Memilih yang akan dilas sesuai dengan elektrodenya
(D) Mencari tempat yang lapang agar memudahkan pengelasan
(E) Mengeringkan elektrode dalam kamar pemanas



14. Terjadinya distorsi dan perubahan bentuk disebabkan oleh

(A) Amper yang terlalu tinggi
(B) Tegangan yang terlalu tinggi
(C) Pemanasan yang menyebabkan pemuian dan pendinginn cepat
(D) Bentuk Sudut kampuh terlalu tinggi
(E) Material terlalu tebal



15. Salah satu penyebab struktur las mengalami deformasi adalah :

(A) Tegangan sisa yang terlalu besar
(B) Akibat struktur dipanaskan dan didinginkan secara merata
(C) Desain sambungan las yang terlalu kuat
(D) Konstruki menerima beban berat
(E) Konstruksi mengalami tarikan



16. Mana dari pernyataan dibawah ini yang tidak masuk dalam kelompok deformasi di luar perencanaan :

(A) Lengkungan melintang
(B) Lengkungan memanjang
(C) Melintir
(D) Menekuk
(E) Penyimpangan sentrifugal



17. Deformasi pengelasan dapat diperbaiki dengan methode

(A) Tekanan mekanis dan methode termal
(B) Tekanan hydrolis dan methode pendinginan
(C) Tekanan fluida cair dan methode penetralan
(D) Tekanan udara dan methode pemanasan
(E) Tekanan elektris dan methode pendinginan



18. Pertimbangan dalam perancangan desain sambungan las antara lain disebutkan pada pernyataan dibawah ini kecuali :

(A) Perencanaan struktur las
(B) Perhitungan tegangan
(C) Penentuan bentuk tertentu dari tiap bagian
(D) Kondisi daerah sekitarnya
(E) Kondisi kondisi dan metode pengelasan



19. Pada saat kondisi pengelasan dilakukan maka pernyataan dibawah ini harus diperiksa kecuali

(A) Posisi pengelasan
(B) Pemanasan awal dan paska
(C) Arus las
(D) Kecepatan pengelasan
(E) Menginterpretasi gambar rakitan las



20. Dari gambar dibawah ini yang mana yang disebut dengan ketinggian kampuh :


(A) Notasi R
(B) Notasi d
(C) Notasi g
(D) Notasi r
(E) Notasi O



21. Dari gambar diatas mana yang disebut dengan akar atau root ....

(A) Notasi g
(B) Notasi f
(C) Notasi g
(D) Notasi r
(E) Notasi R


22. Dari gambar no 8 tersebut mana yang disebut dengan gap atau celah

(A) Notasi O
(B) Notasi g
(C) Notasi R
(D) Notasi d
(E) Notasi f



23. Porosity adalah cacat las berupa lubang kecil yang tampak pada permukaan penampang las, hal tersebut terjadi karena :

(A)  Ayunan elektrode terlalu cepat
(B)  Ayunan elektrode terlalu besar
(C)  Percikan logam pengisi mendahului busur las
(D)  Elektrode terlalu besar
(E)  Adanya kotoran pada permukaan yang akan dilas


24. Yang bukan NDT test terhadap hasil pengelasan adalah

(A) Magnetic Particle Test
(B) Liquid Penetrant Test
(C) Bend test
(D) Radiography Test
(E) Ultrasonic Test



25. Mana dari pernyataan dibawah ini yang bukan pernyataan pengujian /pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan .

(A)  Pemeriksaan peralatan las
(B)  Material las
(C)  Verifikasi prosedur pengujian
(D)  Pengujian kualifikasi juru las
(E)   Kampuh hasil las



26. Inspeksi sebelum pengelasan dilakukan dengan harus mengecek kondisi berikut ini, kecuali :

(A) Persiapan permukaan yang akan dilas
(B) Ukuran strip, logam pengisi penahan balik
(C) Penyetelan (Fit-up) bagian yang akan dilas
(D) Pengukuran hasil Kampuh las
(E) Pembersihan dari kotoran / lemak dan minyak



27. Inspeksi visual pada saat pengelasan dilakukan dengan pengecekan hal hal berikut ini, kecuali :

(A) Proses las
(B) Hasil lasan
(C) Logam pengisi
(D) Fluk atau gas pelindung
(E) Suhu antar jalur



28. Pemeriksaan hasil las dapat dilakukan dengan cara :kecuali

(A) Visual test
(B) Non Destructive test
(C) Destructive test
(D) Burning test
(E) Penetrant test



29. Yang tidak termasuk dalam kategori Destructive test adalah :

(A) Tensile test
(B) Bending test
(C) Penetrant test
(D) Macro etsa
(E) Impact test



30. Yang tidak termasuk dalam jenis jenis cacat las adalah :

(A) Crack
(B) Slag
(C) Gap
(D) Porosity
(E) Undercut



31. Cacat las yang terjadi akibat bagian belakang dari penembusan las ada yang tidak lebur adalah....

(A) Concavity
(B) Slag on back side
(C) Incomplete weld
(D) Incomplete melt
(E) Base metal burn



32. Rusaknya bahan dasar pada tepi pengelasan akibat tersentuh oleh elektrode pada waktu mulainya pengelasan adalah....

(A) Arc strikes
(B) Oxidation
(C) Burn through
(D) Melt through
(E) Undercut

Bahan dan Kemampuan Lasnya (Weldability)

Ada banyak definisi yang berbeda mengenai kemampuan las baja karena seringkali memiliki arti yang berbeda pula untuk orang yang berbeda. Secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan dari bahan yang akan dilas dan masih mempertahankan spesifikasi propertinya. Kemampuan untuk berhasil dilas ini tergantung pada banyak faktor termasuk jenis dan komposisi material, proses pengelasan yang digunakan dan mekanik properti yang dibutuhkan. Kemampuan las yang buruk umumnya melibatkan beberapa jenis masalah retak dan ini tergantung pada faktor-faktor seperti:
  • tingkat tegangan sisa (dari ekspansi dan kontraksi yang tidak sama karena pengelasan);
  • tingkat tekanan pengekangan (dari pengekangan lokal seperti klem, jig atau fixture);
  • adanya struktur mikro yang rentan terhadap retak (bahan dasar mungkin memiliki struktur mikro yang rentan atau HAZ dan / atau logam las dapat membentuk struktur mikro rentan terhadap retak karena pengelasan).

Kesetaraan Karbon 

Kerentanan mikro terhadap retak sangat tinggi dipengaruhi oleh jumlah karbon dan jenis serta jumlahnya elemen paduan lainnya yang ada di baja. Karbon dan elemen paduan lainnya dapat dimasukkan ke dalam rumus itu menentukan nilai kesetaraan karbon (Cev) dari bahan. Cev ini adalah ukuran kekerasan dari baja. Semakin tinggi Cev, semakin rentan materialnya akan retak oleh fraktur getas.

Faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan retak termasuk ketebalan logam dasar dan ketebalan sambungan gabungan (yaitu, pengelasan butt memiliki dua ketebalan sedangkan pengelasan fillet memiliki tiga). Ketebalan sambungan gabungan penting karena setiap ketebalan material bertindak sebagai heat sink dan dapat mendinginkan area las lebih cepat, membuatnya lebih keras dan karenanya lebih banyak rentan terhadap retak.
Rumus Sederhana Cev

setiap ketebalan material bertindak sebagai heat sink dan dapat mendinginkan area las lebih cepat, membuatnya lebih keras dan karenanya lebih banyak rentan terhadap retak. Gambar di atas menunjukkan rumus yang digunakan untuk menentukan Cev untuk sebuah material. Sebagai panduan umum, level Cev berikut tentukan kemampuan las baja:
  • hingga 0,4%: kemampuan las yang baik;
  • 0,4 hingga 0,5%: kemampuan las terbatas;
  • di atas 0,5%: kemampuan las yang buruk.

Klasifikasi Baja

Baja karbon rendah: mengandung 0,01–0,3% karbon
Baja karbon sedang: mengandung 0,3–0,6% karbon
Baja karbon tinggi: mengandung 0,6–1,4% karbon



Baja karbon biasa hanya mengandung besi dan karbon sebagai bahan utamanya elemen paduan. Jejak elemen lain seperti Mn, Si, Al, S dan P mungkin juga hadir. Itu bisa dilihat dari diagram karbon pada Gambar di atas yang menyebabkan peningkatan karbon keuletan baja menurun sedangkan kekuatan tarik dan kekerasan meningkat. Perhatikan juga cara tarik maksimalnya kekuatan baja karbon biasa dicapai pada 0,83% karbon kandungan. Baja paduan mengandung elemen paduan seperti Mn, Mo, Cr dan Ni dan dibagi menjadi dua kelompok:
  • Baja paduan rendah mengandung <7% total paduan elemen lainnya.
  • Baja paduan tinggi mengandung > 7% total paduan elemen lainnya.

Elemen Paduan

Berikut ini adalah beberapa sifat dasar elemen paduan ditambahkan ke baja:
  • Besi (Fe) adalah unsur dasar baja.
  • Karbon (C) Meningkatkan kekuatan dan kekerasan tarik tetapi mengurangi keuletan.
  • Mangan (Mn) Meningkatkan ketangguhan dan kekuatan saat paduan pada tingkat <1,6% pada baja. Dapat mengontrol retak solidifikasi baja dengan menetralkan yang merugikan efek belerang.
  • Paduan Kromium (Cr) pada tingkat > 12% untuk diproduksi baja tahan karat. Memberikan ketahanan korosi dan meningkatkan ketebalan pengerasan. Hardenability adalah kemampuan baja untuk mengeras lebih lambat tingkat pendinginan saat memadukan elemen ditambahkan ke dalamnya. Jangan bingung ini istilah dengan kekerasan.
  • Molybdenum (Mo) Memberikan ketahanan dan kekuatan creep suhu tinggi pada baja paduan rendah.
  • Nikel (Ni) Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, keuletan dan ketahanan korosi baja saat paduan pada tingkat > 8%. Ini mempromosikan pembentukan austenit pada suhu di bawah suhu kritis yang lebih rendah.
  • Silicon (Si) Dicampur dalam jumlah kecil sebagai deoxidiser dalam baja feritik.
  • Aluminium (Al) Digunakan sebagai grain refiner pada baja dan agen deoksidasi dalam tiga kali terdeoksidasi baja.
  • Niobium (Nb) dan Digunakan untuk membantu pembentukan karbida
  • Titanium (Ti) menstabilkan baja tahan karat.

Referensi 

S. E. Hughes. First published 2009. A Quick Guide to Welding and Weld Inspection. Woodhead Publishing Limited and Matthews Engineering Training Limited

Cara Melakukan Liquid PENETRANT TEST

Liquid Penetrant Test adalah metode pengujian non-destruktif untuk mendeteksi diskontinuitas terbuka pada permukaan. Cairan Penetrant dapat digunakan secara efektif dalam pemeriksaan logam besi dan non-besi serta pada bahan non-berpori, non-logam : seperti keramik, plastik dan kaca. Permukaan diskontinuitas, seperti retakan, jahitan, putaran, penutup dingin dan laminasi dapat ditunjukkan oleh metode ini. Deteksi cacat dengan bantuan cairan penetran semakin banyak digunakan di berbagai tempat industri di berbagai negara dan rekomendasi dari karakter umum yang memberikan panduan tentang penerapan metode ini dianggap perlu.

Alat yang diperlukan

Adapun alat yang diperlukan adalah Pembersih Permukaan, Pengembang dan Penetrant


Surface Cleanser, Developer dan Penetrant


Referensi

IS 3658:1999 Code of Practice for Liquid Penetration Flaw Detection (second revision). Reaffirmed- May 2014.

Prinsip Pengujian

Penetran cairan yang sesuai diterapkan pada permukaan komponen yang diperiksa dan dibiarkan tetap di sana untuk waktu yang cukup untuk memungkinkan cairan menembus ke dalam cacat yang terbuka di permukaan. Setelah cukup waktu, penetran berlebih yang tertinggal di permukaan, dihilangkan. Kemudian berwarna terang, penyerap bubuk yang disebut pengembang diterapkan ke permukaan. Pengembang ini bertindak sebagai pengering dan mengeluarkan sebagian penetran yang sebelumnya meresap ke dalam bukaan permukaan. Sebagian penetran ditarik keluar, berdifusi ke dalam lapisan pengembang, membentuk indikasi permukaan diskontinuitas atau kekurangan.

Metode ini adalah metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi diskontinuitas terbuka ke permukaan dalam setiap produk industri yang terbuat dari bahan yang tidak berpori. Metode ini banyak digunakan untuk pengujian bahan non-magnet. Dalam metode ini, penetran cairan diaplikasikan ke permukaan produk untuk waktu tertentu yang telah ditentukan, setelah itu penetran berlebih dihilangkan
permukaan. Permukaan tersebut kemudian dikeringkan dan pengembang diterapkan padanya. Penetran yang tetap dalam diskontinuitas diserap oleh pengembang untuk menunjukkan keberadaan serta
lokasi, ukuran dan sifat diskontinuitas. Prosesnya diilustrasikan pada Gambar berikut :

Tahapan Penetrant Test (PT)


Penetran yang digunakan adalah penetran pewarna yang terlihat atau penetran pewarna fluoresen. Inspeksi untuk keberadaan pewarna yang terlihat, indikasi dibuat di bawah cahaya putih saat pemeriksaan keberadaan indikasi oleh penetran pewarna fluoresen dibuat di bawah sinar ultraviolet (atau hitam) di bawah kondisi gelap. Proses penetran cairan selanjutnya dibagi lagi menurut metode pencucian spesimen. Penetran dapat: (i) dapat dicuci dengan air, (ii) setelah emulsifiable, yaitu pengemulsi ditambahkan ke penetran berlebih pada permukaan spesimen serta membuatnya dapat dicuci dengan air, dan (iii) pelarut dapat dilepas, yaitu diperlukan penetran berlebih yang dilarutkan dalam pelarut untuk menghilangkannya dari permukaan benda uji. Dalam urutan menurun sensitivitas dan penurunan biaya, proses penetran cairan dapat disimpulkan sebagai:
  1. Pasca penetran pewarna fluoresen yang dapat diemulsi.
  2. Penetran pewarna fluoresen yang dapat dilepas pelarut.
  3. Penetran pewarna fluoresen yang dapat dicuci dengan air.
  4. Pasca penetran pewarna terlihat yang dapat diemulsi.
  5. Pelarut penetran pewarna yang terlihat dapat dilepas.
  6. Penetran pewarna terlihat yang bisa dicuci dengan air.
Beberapa keuntungan dari pengujian penetran cairan adalah sebagai berikut:
  1. Biaya relatif rendah.
  2. Metode NDT yang sangat portabel.
  3. Sangat sensitif terhadap diskontinuitas halus dan ketat.
  4. Metode yang cukup sederhana.
  5. Dapat digunakan pada berbagai bahan.
  6. Semua diskontinuitas permukaan terdeteksi dalam satu operasi, apa pun orientasinya.
Beberapa keterbatasan pengujian penetran cairan adalah sebagai berikut:
  1. Permukaan uji harus bebas dari semua kontaminan (kotoran, oli, gemuk, cat, karat, dll.).
  2. Mendeteksi diskontinuitas permukaan saja.
  3. Tidak dapat digunakan pada spesimen berpori dan sulit digunakan pada permukaan yang sangat kasar.
  4. Penghapusan semua bahan penetran, setelah pengujian, seringkali diperlukan.
  5. Tidak ada cara mudah untuk menghasilkan rekaman permanen.

Prosedur Dasar Pengelasan Pipa

Saat pipa berada pada posisi 5G, dengan porosnya horizontal seperti pada Gbr. 1, posisi pada pipa dapat dengan mudah diidentifikasi dengan kemiripan angka-angka pada jam. Jadi, bagian atas pipa berada di posisi jam 12 dan bagian bawahnya adalah posisi jam 6. Dua prosedur pengelasan berbeda digunakan saat pipa berada di dalam posisi horizontal: pengelasan pipa arah turun dan arah naik. Pilihan metode ini tidak dipengaruhi oleh diameter pipa; terutama tergantung pada ketebalan dinding dan kandungan paduan pipa, seperti dijelaskan di bagian berikut.

Gambar 1. Identifikasi posisi pengelasan di sekitar sambungan pipa berdasarkan arah jarum jam.

Pengelasan Pipa Downhill. Terlepas dari metode yang digunakan, pipa pertama-tama harus dilas bersama-sama. Untuk pengelasan menurun (Gbr. 2), pengelasan dimulai pada posisi jam 12 dan manik-manik dilas secara progresif ke bawah di sekitar pipa sampai posisi jam 6 tercapai. Mulai lagi pada posisi jam 12, maniknya ada dilas di sisi lain pipa untuk menutup dengan manik pertama pada posisi jam 6. Pengelasan pipa downhill digunakan terutama untuk mengelas dinding tipis pipa baja lunak yang memiliki ketebalan dinding 1/8 sampai 3/16 inci. Pipa dengan dinding tipis relatif menahan panas lebih lama daripada logam tebal. Hal ini menyebabkan logam di area lasan menjadi dingin perlahan jika kecepatan pengelasan dan masukan panasnya sama. Pendinginan yang lambat diinginkan karena struktur butiran yang lebih lembut dan lebih ulet kemudian diperoleh di logam di area lasan.

Gambar 2. PengelasanPipa Arah Turun dan Arah Naik

Saat mengelas pipa baja lunak, laju pendinginan bagian luar pipa berdinding tipis memungkinkan pengelasan lebih cepat tanpa efek berbahaya pada sambungan las. Untuk alasan ini, pengelasan menurun lebih disukai saat mengelas pipa baja lunak yang lebih tipis ketebalannya. Daktilitas logam dalam pengelasan dan di daerah sekitarnya dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan menyimpan beberapa manik-manik sekeliling yang di las. Setiap manik berikutnya memanaskan manik sebelumnya, yang dingin relatif lambat. Pembuatan pipa transmisi dan bejana penyimpan tekanan rendah adalah contoh metode downhill menggunakan pengelasan busur (SMAW). Fabrikasi seperti itu menjadikan bahan yang tebalnya kurang dari 3/8 inci, tepat menggunakan teknik arah turun. Memungkinkan kecepatan pengelasan yang lebih cepat dengan kecenderungan yang lebih kecil untuk menembus akar sambungan. Sebaliknya, bahannya lebih tebal dan banyak dari baja paduan bahan membutuhkan metode pengelasan arah naik.

Pengelasan arah turun membutuhkan pendinginan cepat, sehingga menggunakan elektroda dilapisi lapisan ringan  seperti 6010, 6011, 6012, 7010, dan 7014 yang menghasilkan terak minimum. Saat elektroda digerakkan ke bawah, di sepanjang sambungan itu genangan cair dan penutup terak akan cenderung menutupi penyebab porositas dan inklusi terak pada logam las. Penggunaan elektroda yang tepat, sudut batang yang tepat, dan kecepatan travel yang memadai, tetap maju terak cair akan memastikan hasil las. Dalam beberapa kasus penggunaan polaritas lurus (elektroda negatif) bersama dengan Metode arah turun ini akan menghilangkan luka bakar meskipun sambungan tidak terpasang dengan benar. Penggunaan elektroda yang dilapisi lebih berat seperti 7024 dan jenis bubuk besi hidrogen rendah tidak cocok untuk pengelasan menurun, karena bisa menimbulkan masalah terak terperangkap, porositas, dan overlap. Elektroda semacam itu juga akan membutuhkan arus yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terbakar.

Sumber Referensi
PIPE WELDING PROCEDURES, Second Edition, by Hoobasar Rampaul, Industrial Press New York Tahun 2003

Duty Cycle Mesin Las

 

Duty Cycle

Semua tipe mesin las diklasifikasikan/ diukur berdasarkan besarnya arus yang dihasilkannya ( current output ) pada suatu besaran tegangan ( voltage ). Ukuran ini ditetapkan oleh pabrik pembuatnya sesuai dengan standar yang berlaku pada negara pembuat tersebut atau standar internasional, di mana standar tersebut menetapkan kemampuan maksimum mesin las untuk beroperasi secara aman dalam batas waktu tertentu.

Salah satu ukuran dari mesin las adalah persentase dari “duty cycle”. Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode 10 menit, di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran arus tertentu secara efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih ( overload ).

Sebagai contoh, jika suatu mesin las berkemampuan 300 Amper dengan duty cycle 60%, maka artinya mesin las tersebut dapat dioperasikan secara aman pada arus 300 Amper pengelasan selama 60% per 10 menit penggunaan ( 6/10 ).

Jika penggunaan mesin las tersebut dibawah 60% ( duty cycle diturunkan ), maka arus maksimum yang diizinkan akan naik. Dengan demikian, jika misalnya „duty cycle’ nya hanya 35% dan besar arusnya tetap 300 Amper, maka mesin las akan dapat dioperasikan pada 375 Amper. Hal tersebut berdasarkan
perhitungan.
  1. Selisih : 60% - 35 % = 25 %
  2. Peningkatan : (25/60) x 300 = 125, sehingga 60% x 125 = 75 Amper.
  3. Arus maksimum yang diizinkan = 75 + 300 = 375 Amper.
Semakin besar prosentase duty cycle dari suatu mesin las, tentunya semakin semakin baik kualitas mesin las tersebut dan semakin mahal harganya. Memilih mesin las terbaik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pengelasan merupakan salah satu kebutuhan vital didalam bidang industri. Terutama untuk bidang industri yang material utamanya mengaplikasikan bahan logam, karena bisa dipastikan patut menerapkan mesin las untuk mengerjakan penyambungannya. Sekarang ini banyak sekali bermunculan macam-macam mesin las listrik dari berbagai merk.

Apabila menggunakan sumberdaya listrik dari PLN, sebaiknya memilih jenis inverter sebab lebih hemat daya listriknya. Seperti yang sudah disampaikan di atas, Mesin las listrik terbaik merupakan mesin las yang mempunyai Duty Cycle sampai dengan 100%, akan tetapi mesin yang seperti ini cukup susah ditemukan dipasaran. Sekalinya adapun, harganya pasti cukup mahal. Biasanya mesin las yang sering ditemui dipasaran umum yang memiliki Duty Cycle kisaran 30%-60% saja.

Soal - Soal Las Gas (Karbit)

Perhatikan gambar berikut :

Nama peralatan las gas diatas adalah ........
a. Regulator
b. Tabung oksigen
c. Selang gas
d. Brander/pembakar

Pengertian las gas secara umum adalah ........
a. Salah satu cara penggabungan dengan perekat sehingga menghasilkan sambungan yang kuat
b. Penggabungan dua buah logam atau lebih dengan cara dipanaskan dan kemudian dikeling
c. Proses penyambungan dua buah logam atau lebih dengan cara dipanaskan melalui pembakaran campuran gas oksigen dan asitilen
d. Suatu cara penyambungan dua buah logam atau lebih dengan logam pengisi

Pada dasarnya las gas oksi asitilen terdiri dari:
a. Tabung asitilen, tabung oksigen, regulator, selang gas, brander
b. Tabung asitilen, tabung oksigen, regulator, kacamata las, brander
c. Selang gas, tabung asitilen, tabung oksigen, sikat baja, korek las
d. Sikat baja, penggores, kacamata las, sarung tangan las, apron

Peralatan utama las gas oksi asitilen yang berfungsi sebagai pengatur tekanan isi
pada tabung menjadi tekanan kerja adalah ........
a. Brander
b. Regulator
c. Selang gas
d. Tabung asitilen

Tabung atau botol yang terbuat dari baja, berwarna merah, memiliki tehanan
hingga 15 bar dan pada ulir regulatornya berulir kiri, adalah ........
a. Tabung gas LPG
b. Tabung gas Asitilen
c. Tabung gas Nitro
d. Tabung gas Oksigen

Alat yang berfungsi sebagai pengatur tekanan isi pada tabung las dan tekanan kerja
yang tetap besarnya, dinamakan ........
a. Regulator las
b. Selang las
c. Brander las
d. Tabung oksigen

Berikut yang bukan merupakan peralatan utama las gas oksi asitilen adalah ........
a. Tabung asitilen, tabung oksigen, regulator
b. Tabung asitilen, tabung oksigen, brander
c. Regulator, brander, tabung oksigen, sikat baja, sarung tangan
d. Selang gas, tabung asitilen, brander, regulator


Peralatan bantu las gas oksi asitilen diatas adalah ........
a. Penggores
b. Sikat baja
c. Penitik
d. Palu las

Bagaimana cara menempatkan tabung gas atau botol oksigen dan asitilen yang baik dan benar ?
a. Tabung gas oksigen dan asitilen ditempatkan pada tempat yang berbeda dan saling berjauhan
b. Tabung gas asitilen ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi daripada tabung gas oksigen karena ukurannya yang lebih pendek
c. Tabung gas oksigen dan asitilen ditempatkan menjadi satu dan terikat pada dinding atau kereta dorong
d. Tempatkan tabung gas oksigen dan asitilen menjadi satu, dan jika oksigen dalam tabung sudah mulai habis botol dapat direbahkan

Berikut ini merupakan tahapan persiapan pengelasan, kecuali .......
a. Memasang regulator pada masing-masing botol oksigen dan asitilen
b. Menghubungkan selang gas pada masing-masing lubang pengeluaran masing-masing regulator
c. Memasang kedua ujung selang lainnya pada brander las
d. Mengencangkan mur penguat pada regulator ke tabung cukup dengan menggunakan tangan

Bagaimana cara memasang selang ke saluran brander las yang baik dan benar ?
a. Masukkan selang pada saluran brander yang mana saja, kemudian kencangkan mur penguat dengan tangan
b. Masukkan selang pada saluran yang tepat dan benar, dengan mur penguat regulator oksigen berulir kanan sedangkan asitilen berulir kiri
c. Masukkan selang pada saluran dan kencangkan mur penguat dengan memutar kemana saja
d. Masukkan selang pada saluran yang mana saja dengan ukuran yang pas agar tidak terjadi kebocoran saat digunakan

 Cara menyalakan api las gas oksi asitilen yang benar adalah ........
a. Keran asitilen dibuka sedikit sedangkan keran oksigen dibuka lebar kemudian nyalakan dengan korek api las
b. Keran oksigen dibuka maksimal ½ putaran dan keran asitilen dibuka sedikit lebih lebar daripada keran oksigen, kemudian nyalakan dengan korek api las
c. Keran asitilen dan oksigen dibuka lebar-lebar, kemudian nyalakan gas dengan korek api
d. Keran oksigen dibuka lebar dan keran asitilen ditutup rapat, kemudian nyalakan gas dengan korek api

Alat bantu las gas oksi asitilen dibawah ini yang benar adalah ........
a. Brander, selang gas, regulator, tabung oksigen
b. Sikat baja, tabung asitilen, brander, korek api las
c. Brander, regulator, palu las, meja las, selang gas
d. Meja las, palu las, sikat baja, korek api, penggores, smith tang

Peralatan bantu las gas oksi asetilen yang berfungsi untuk memegang atau
memindahkan benda kerja yang masih panas adalah ........
a. Palu las
b. Ragum
c. Sikat baja
d. Smith tang

Alat bantu las gas yang digunakan untuk menjepit benda kerja hasil lasan yang
akan dibersihkan dari terak las, adalah ........
a. Ragum
b. Sikat baja
c. Korek api las
d. Palu las

Penggores digunakan untuk ........
a. Membersihkan benda kerja yang akan dilas
b. Mengambil benda kerja yang masih panas setelah proses pengelasan selesai
c. Melukis benda kerja sebelum proses pengelasan dengan cara menggesekkan ujungnya pada benda kerja
d. Mengatur posisi benda kerja saat proses pengelasan berlangsung

Alat bantu las gas yang digunakan untuk menyalakan api las gas pada mulut
pembakar, adalah ........
a. Meja las
b. Smith tang
c. Korek api las
d. Kawat las

Perlengkapan keselamatan kerja yang berguna untuk melindungi mata dari
pancaran sinar las gas, adalah .......
a. Sarung tangan las
b. Kacamata las
c. Baju las/ apron
d. Sepatu las

Peralatan keselamatan kerja yang terbuat dari bahan kulit yang digunakan untuk
melindungi tubuh agar tidak terkena percikan api las adalah ........
a. Sarung tangan
b. Kacamata las
c. Baju las atau apron
d. Sepatu

Yang bukan merupakan perlengkapan keselamatan kerja las gas adalah .......
a. Sikat baja dan palu las
b. Sarung tangan
c. Baju las/ apron
d. Kacamata las

Berikut ini yang bukan merupakan penyebab terjadinya letusan pada saat proses
pengelasan berlangsung adalah ........
a. Ujung brander menyentuh benda kerja
b. Lubang brander tersumbat oleh kotoran
c. Pemasangan ujung brander terlalu kencang
d. Tekanan gas pada brander kurang sesuai

Bagaimana cara memposisikan benda kerja pada saat ingin mengelas sambungan “i” terbuka posisi bawah tangan?
a. Letakkan benda kerja pada meja kerja dengan posisi berdiri (vertikal) agar penembusannya merata
b. Letakkan benda kerja pada meja kerja dengan posisi miring (horisontal) agar proses pengelasan lebih mudah
c. Tumpangkan benda kerja pada meja kerja dengan posisi horisontal maupun vertikal dan rapat tanpa celah antar kedua plat
d. Tumpangkan benda kerja pada meja kerja dengan posisi down hand dan diberi jarak (root gap) antar kedua plat benda kerja.

Berapakah sudut kemiringan antara brander las dengan benda kerja yang ideal jika digunakan mengelas sambungan “i” posisi bawah tangan?
a. 45˚
b. 60˚
c. 90˚
d. 15˚

Dibawah ini cara membersihkan hasil pengelasan las gas oksi asitilen jalur “i” yang benar, adalah ........
a. Dengan memukul benda kerja menggunakan palu dan dibersihkan dengan kikir
b. Dengan membersihkan dan menggosok hasil pengelasan dengan sikat baja hingga bersih
c. Dipukul dengan palu kemudian dicuci dengan air sabun dan dilap
d. Dilap dengan kain dan dikikir agar bersih

Kran pada saluran di bagian manakah yang harus ditutup terlebih dahulu jika ingin mematikan nyala api las gas yang akan berhenti dengan waktu yang relatif lama/telah selesai dalam proses pengelasan?
a. Keran pada brander ditutup ½ putaran
b. Seluruh kran ditutup rapat
c. Keran pada regulator las ditutup lalu dibuka kembali
d. Keran pada botol yang ditutup dahulu untuk menghentikan aliran gas ke selang

Cara mematikan nyala api las gas oksi asitilen yang benar adalah ........
a. Tutup katup pada kedua regulator dan katup pada brander
b. Tutup katup pada kedua tabung gas oksigen dan asitilen dan pada regulator
c. Dengan terlebih dahulu menutup katup oksigen, baru kemudian katup asitilen pada brander
d. Buka selebar-lebarnya katup oksigen dan asitilen kemudian tutup kran pada brander

Nyala api yang digunakan untuk mengelas baja/ besi tuang dan digunakan oleh 90% dari seluruh pekerjaan pengelasan, adalah ........
a. Nyala api karburasi
b. Nyala api oksidasi
c. Nyala api netral
d. Nyala api asitilen

Jika katup brander asitilen dibuka lebih besar daripada katup brander oksigen, maka nyala api yang dihasilkan adalah ........
a. Nyala api karburasi
b. Nyala api oksidasi
c. Nyala api netral
d. Nyala api asitilen

Nyala api las gas yang dihasilkan dari perbandingan gas oksigen yang lebih besar dari pada gas asiliten, adalah ........
a. Nyala api netral
b. Nyala api karburasi
c. Nyala api brazing
d. Nyala api oksidasi

Berapa tekanan kerja maksimum yang diperbolehkan pada tabung gas asitilen?
a. 25 psi
b. 15 psi
c. 40 psi
d. 35 psi

5K / 5S : Sebagai Mental Dasar (Basic Mentality)

SIKAP MENTAL adalah cara bagaimana seseorang berfikir, bersikap dan bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari, yang selaras dengan nilai-nilai yang ada pada sebuah perusahaan. Tujuannya  adalah membangun budaya kerja dan budaya perusahaan yang unggul untuk mencapai cita-cita perusahaan. Sebelum lanjut membaca silakan klik tulisan DAFTAR HADIR ini sebagai bukti kehadiran.

Apakah 5K/5S itu ?

5K/5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan khususnya di area kerja secara intensif, yang berasal dari Jepang dan digunakan oleh Perusahaan dalam rangka usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh.

5K/5S erat kaitannya dengan sikap moral individu, dengan tujuan agar individu tersebut senantiasa terbiasa dengan kesadaran untuk selalu mengikuti aturan, tidak menyimpang dari yang telah ditentukan. Sebagai bagian dari sikap mental dalam bekerja, moral dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok, yaitu :
  1. Ketelitian (Seiri)
  2. Kerapian (Seiton)
  3. Kebersihan (Seiso)
  4. Kesegaran (Seiketsu)
  5. Kedisiplinan (Shitsuke)

Ketelitian (Seiri)

Merupakan langkah awal dalam menjalankan budaya 5K/5S, yaitu membuang/menyortir/ menyingkirkan barang-barang, file-file yang tidak digunakan lagi ke tempat pembuangan. Semua barang yang ada di lokasi kerja, hanyalah barang yang benar-benar dibutuhkan untuk aktivitas kerja. Tindakan ini dilakukan agar tempat penyimpanan menjadi lebih efisien, karena dipergunakan untuk menyimpan barang atau file yang memang penting dan dibutuhkan, serta bertujuan juga agar tempat kerja terlihat lebih rapi dan tidak berantakan. Slogan Seiri itu sendiri adalah Singkirkan barang – barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. Dengan kata lain, Ketelitian (Seiri) bisa dikatakan sebagai "Harus Buang “.



Pelabelan Barang yang tidak diperlukan



Kerapian (Seiton)

Merupakan urutan kedua, karena setelah menyortir (Seiri) semua barang atau file yang tidak dipergunakan lagi, pastikan segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan, sehingga selalu siap digunakan pada saat diperlukan. Pastikan bahwa:
  1. Setiap barang punya tempat.
  2. Setiap tempat punya nama untuk barang tertentu.
  3. Buat menjadi terorganisir dan sistematis.
  4. Beri nama pada setiap tempat penyimpanan yang mudah diingat
Sementara itu, Slogan Seiton adalah Setiap barang yang berada di tempat kerja memiliki tempat yang pasti. Dengan kata lain, Kerapian (Seiton) bisa dikatakan sebagai "Harus Standard “.


Penyimpanan Produk





Penyimpanan Alat Kerja


Kebersihan (Seiso)

Setelah menjadi rapi, langkah berikutnya adalah membersihkan tempat kerja, ruangan kerja, peralatan dan lingkungan kerja. Tumbuhkan pemikiran bahwa kebersihan merupakan hal yang fital dalam kehidupan, jika kita tidak menjaga kebersihan, lingkungan akan menjadi kotor dan menjadi faktor utama terjangkitnya penyakit tidak nyaman. Menyebabkan berkurangnya produktivitas dan berakibat banyak kerugian. Lakukanlah pembersihan harian, pemeriksaan kebersihan dan pemeliharaan kebersihan. Slogan Seiso adalah bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja, Membersihkan berarti memeriksa. Dengan kata lain, Kebersihan (Seiso) bisa dikatakan sebagai "Harus Bersih “.


Bersih



Kesegaran (Seiketsu)

Tahap ini adalah tahap yang sukar. Untuk menjaga ketiga tahap yang sudah dijalankan sebelumnya secara rutin. Tahap ini dapat juga disebut tahap perawatan, merupakan standarisasi dan konsistensi dari masing-masing individu untuk melakukan tahapan-tahapan sebelumnya. Membuat standarisasi dan semua individu harus patuh pada standar yang telah ditentukan. Dapat dimotivasi dengan memberikan hadiah atau hukuman. Slogan Seiketsu adalah setiap orang memperoleh informasi yang dibutuhkannya di tempat kerja tepat waktu. Dengan kata lain, Kesegaran (Seiketsu) bisa dikatakan sebagai "Harus Chek“.


Kartu Chek List



Kedisiplinan (Shitsuke)

Pemeliharaan kedisiplinan pribadi meliputi suatu kebiasaan dan pemeliharaan program 5S yang sudah berjalan. Bila berada pada posisi sebagai atasan, buatlah standarisasi 5S serta berikan pelatihan 5S, agar seluruh karyawan perusahaan dapat mengerti akan kegunaan dari 5S sebagai dasar kemajuan perusahaan, karena dengan menerapkan 5S yang praktis dan ringkas bertujuan pada efisiensi, pelayanan yang baik, keamanan bekerja serta peningkatan produktivitas dan profit.

Penyadaran diri akan etika kerja, disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan senang melakukan perbaikan. Dengan kata lain,  Kedisiplinan (Shitsuke) bisa dikatakan sebagai "Harus Tegas“.


Contoh Board Kontrol


Setelah mempelajarinya, silakan kerjakan soal - soal tentang basic mentality pada link di bawah ini hasil pemeriksaan akan di rilis nanti setelah semuanya mengerjakan. Selamat belajar, terima kasih atas perhatiannya.