Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Perbedaan Mengelas Single Pass (Bead) dengan Multi Pass (Bead)

Apa itu Weld Pass / Beads ?....  Apa itu Weld Layers ??

Yang di maksud dengan Weld Pass / Beads yaitu Alur (rigi - rigi atau jalur / Pass) las yang di buat oleh tukang las, sementara Weld Layers adalah lapisan alur las yang di buat dengan cara di tumpuk berulang ulang  mulai dari bawah sampai ke atas. Mengelas benda kerja atau pelat yang tebal misal ketebalan pelat 10 mm, 12 mm, 20 mm, 50 mm dan seterusnya. Pada sambungan fillet atau groove tentu tidak cukup dengan hanya sekali membuat alur, mengingat ketebalan yang dimiliki oleh benda atau pelat yang akan di las.

Gbr 1. Weld Beads dan Weld Layers


Multi Layers Multi Pass

Seperti terlihat pada gambar 2 di bawah ini, terlihat bahwa sebuah sambungan tumpul (groove) dengan backing yang di las dengan cara multi layer dan multi pass dan terdiri atas 6 layer 11 pass. Mengapa di sebut demkian, dikarenakan di las dengan beberapa lapisan juga alur las. Jika gambar tersebut dilihat dengan seksama, maka terlihat jelas bahwa mulai dari layer 3 atau lapis ketiga terdiri atas dua pass / alur las (alur las no. 3 dan no. 4). Sementera layer terakhir yang paling atas, terdiri atas tiga pass / alur las (alur las no. 9, no. 10 dan no. 11). Hal tersebut dilakukan karena sudut kampuh yang besar lebih dari 30 derajat dan pelat yang lebih tebal dari 10 mm.

Gbr 2. Multi Layer & Multi Pass


Multi Layers Single Pass

Gambar ke 3 di bawah ini menunjukan bahwa sambungan tumpul (groove) tersebut di las dengan multi layer dan single pass dimana ada 7 layer dan 7 passMengapa di sebut demkian, dikarenakan di las dengan beberapa lapisan juga alur las. Jika gambar tersebut dilihat dengan seksama, maka terlihat jelas bahwa mulai dari layer 1 sampai layer ke 7, semua lapis atau layer hanya di las dengan 1 pass, sehingga di sebut dengan multi layer dan single pass. Hal tersebut dilakukan karena sudut kampuh yang besar 30 derajat dan pelat yang tebalnya kurang atau sama dengan 10 mm.

Gbr 3. Multi Layer Single Pass


*Semoga Bermanfaat*



 

CARA MENGOPERASIKAN OVERHEAD CRANE

LANGKAH – LANGKAH PENGANGKATAN

1. Sesuaikan kapasitas crane dengan benda yang akan diangkat.


2. Pilih alat bantu ( sling, Hook ) yang sesuai dengan bendanya.



3. Posisikan crane tegak lurus dengan benda.





4. Pasang sling/hook pada titik angkat.



5. Pastikan sling /Hook sudah terpasang dengan benar dan aman ( dengan cara "DILIHAT BUKAN DIPEGANG " ).

6. Tekan push Button " UP " hingga wire rope dan sling tegang (benda belum terangkat).

7. Lihat kembali No 5 dan check kelurusan Crane & benda kerja minimal dari 2 Sumbu.

8. Ambil jarak minimal 1 meter dari benda. Dilarang memegang benda pada saat mengangkat.



9. Bila aman ,pengangkatan dapat dilanjutkan ( maksimal 20 Cm dari permukaan).



LANGKAH – LANGKAH PEMINDAHAN

1. Pastikan Mengetahui arah pada Push Button ( E,W ,S & N ).



2. Tekan push Button sesuai arah yang dimaksud .Jaga kestabilan benda ( Tidak berayun ).

3. Posisi Operator berada di belakang benda yang dipindah ( Tidak boleh mendahului benda dan menghadapi benda ). Jarak operator ke benda Minimal 1 Meter.




4. Benda yang diangkat tidak boleh melintasi rekan kerja ( Lintasi daerah yang aman ) Saat berhenti.



5. Pastikan Benda sudah benar benar berhenti mengayun ( Jangan menahan ayunan)




LANGKAH – LANGKAH PENURUNAN

1. Siapkan ganjal bila diperlukan .Pilih ganjal yang aman. Letakkan ganjal dengan posisi tangan tidak berada diantara ganjal dan benda kerja.




2. Jika harus memutar posisi benda kerja dengan cara mendorong maka dorong pada titik aman ( dari kemungkinan terjepit dan tergores ).




3. Tekan Push Button " DOWN " hingga mendekati ganjal ( 5 Cm ) dari permukaan ganjal. Turunkan benda hingga benda menyentuh perlahan lahan.


4. Pastikan benda dalam kondisi stabil ( Tidak goyang ).

5. Tekan "DOWN " hingga sling kendur .Lepas sling dari ikatan .Pastikan Sling bebas dari benda kerja ( Tidak tersangkut ).




6. Tekan "UP" hingga sling setinggi 2 meter dari lantai.



Budaya Kerja di Industri

Ketika Seseorang ingin bekerja di Perusahaan PMA Seperti PT. Komatsu Group Indonesia, maka sangat diharapkan agar memahami hal hal sebagai berikut :

  • Apa itu 5K dan tujuannya ?
  • Apa itu LOTO dan utk apa ?
  • Apa itu Horenso ?
  • Apa itu 3H dan Apa pentingnya ?
  • Apa itu yoss check, mengapa harus yoss check ?
  • Apa itu KYT dan HIRAC ?
  • Apa itu MUDA MURA MURI ?
  • Apa itu OH Crane dan bagaimana cara mengoperasikan ?

5K (Ketelitian, Kerapihan, Kebersihan, Kesegaran & Kedisiplinan)

Adalah merupakan basic mentality bagi karyawan PT Komatsu Group Indonesia yang mempunyai tujuan supaya apabila diaplikasikan dengan baik bisa :
  1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman (safety)
  2. Menciptakan kualitas baik suatu pekerjaan
  3. Menciptakan produktifitas yang tinggi dalam bekerja

LOTO (Log Out Tag Out)

Adalah suatu cara atau metode yang bertujuan agar terhindar dari suatu kecelakaan akibat hal yang tidak disengaja sehingga bisa mengakibatkan jatuh korban pada suatu pekerjaan, seperti :
  • Perbaikan mesin
  • Pengecekan
  • Modifikasi

Contoh : Ada seorang yang sedang melakukan pakerjaan kelistrikan tetapi ada orang lain yang tidak tahu memindahkan switch ON, sehingga mengakibatkan orang yang sedang bekerja tersengat aliran listrik.

LO adalah Log Out : mengunci sumber energi seperti listrik, air pressue hydraulic dengan suatu alat yang dikuncikan pada switch valve atau tombol sehingga sumber energi tidak bisa bekerja.

TO adalah Tag Out adalah suatu kartu informasi yang menggambarkan sedang ada pekerjaan, kartu informasi tersebut dipasangkan berbarengan ditempat yang sama dengan Log Out-nya.

3H (Hajimete, Henkou, Hisashiburi)

Hajimete sesuatu yg baru atau ygpertama
Contoh orang baru. Mesinbaru. Cara baru. Pekerjaan baru dll
Henkou adalah segala sesuatu yang mengalami perubahan atau pergantian
Hisashiburi adalah yg sdh lama tdk dikerjakan atau mengejakan dilakukan kembali
3H adalah aspek yg potensi mengakibatjan syatu accident
Untuk itu kita harus senantiasa waspada

3 S

Senyum
Sapa
Salam
Budayakan 3S dengan siapa saja terutama kepada yang lebih tua.

SCW (Stop, Call, Wait)


Hentikan Hubungi dan tunggu bila ; Terjadi problem, ketidak standaran, Keanehan, Keraguan dan lainya. Jangan berspekulasi dan coba - coba.

Yoss Check

Yosh check adakah suatu cara bentuk konfirmasi atau kewaspadaan dengan cara DilihatDitunjuk lalu Diucapkan. Apapun yang akan dilakukan sebelum, selama dan setelah melakukan Sesuatu yang bertujuan agar terhindar dari : kecelakaan, kelupaan atau tertinggal.

Quality Assurance & Quality control

Kepuasan pelanggan adalah Quality assurance, Siapa pelanggan itu: process terdekat setelah kita Bisa dicapai dengan aktifitas Quality control

Quality control adalah:
  1. Tidak menerima
  2. Tidak membuat
  3. Tidak mengirim
Barang Not Good (NG)

Eviden Quality control adalah Checksheet. Check sheet adalah lembar data pengecekan yang terdiri dari suatu : Standar, Toleransi dan Aktual dari suatu aktivitas kerja yang dilakukan.

Bekerja Diketinggian

Adalah posisi suatu process kerja yang berpotensi orang bisa terjatuh

Ruang Terbatas

Ruang terbatas adalah ruang yang akses keluar masuk hanya satu.

Restricted Area

Adalah daerah atau area yang tidak boleh dilalui atau dimasuki Di Komatsu diimplermentasikan seperti : Tidak boleh melintas batas, contohnya : Berjalan tidak sesuai route yang ditetapkan atau berjalan melintasi mesin.

 

Bahan dan Kemampuan Lasnya (Weldability)

Ada banyak definisi yang berbeda mengenai kemampuan las baja karena seringkali memiliki arti yang berbeda pula untuk orang yang berbeda. Secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan dari bahan yang akan dilas dan masih mempertahankan spesifikasi propertinya. Kemampuan untuk berhasil dilas ini tergantung pada banyak faktor termasuk jenis dan komposisi material, proses pengelasan yang digunakan dan mekanik properti yang dibutuhkan. Kemampuan las yang buruk umumnya melibatkan beberapa jenis masalah retak dan ini tergantung pada faktor-faktor seperti:
  • tingkat tegangan sisa (dari ekspansi dan kontraksi yang tidak sama karena pengelasan);
  • tingkat tekanan pengekangan (dari pengekangan lokal seperti klem, jig atau fixture);
  • adanya struktur mikro yang rentan terhadap retak (bahan dasar mungkin memiliki struktur mikro yang rentan atau HAZ dan / atau logam las dapat membentuk struktur mikro rentan terhadap retak karena pengelasan).

Kesetaraan Karbon 

Kerentanan mikro terhadap retak sangat tinggi dipengaruhi oleh jumlah karbon dan jenis serta jumlahnya elemen paduan lainnya yang ada di baja. Karbon dan elemen paduan lainnya dapat dimasukkan ke dalam rumus itu menentukan nilai kesetaraan karbon (Cev) dari bahan. Cev ini adalah ukuran kekerasan dari baja. Semakin tinggi Cev, semakin rentan materialnya akan retak oleh fraktur getas.

Faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan retak termasuk ketebalan logam dasar dan ketebalan sambungan gabungan (yaitu, pengelasan butt memiliki dua ketebalan sedangkan pengelasan fillet memiliki tiga). Ketebalan sambungan gabungan penting karena setiap ketebalan material bertindak sebagai heat sink dan dapat mendinginkan area las lebih cepat, membuatnya lebih keras dan karenanya lebih banyak rentan terhadap retak.
Rumus Sederhana Cev

setiap ketebalan material bertindak sebagai heat sink dan dapat mendinginkan area las lebih cepat, membuatnya lebih keras dan karenanya lebih banyak rentan terhadap retak. Gambar di atas menunjukkan rumus yang digunakan untuk menentukan Cev untuk sebuah material. Sebagai panduan umum, level Cev berikut tentukan kemampuan las baja:
  • hingga 0,4%: kemampuan las yang baik;
  • 0,4 hingga 0,5%: kemampuan las terbatas;
  • di atas 0,5%: kemampuan las yang buruk.

Klasifikasi Baja

Baja karbon rendah: mengandung 0,01–0,3% karbon
Baja karbon sedang: mengandung 0,3–0,6% karbon
Baja karbon tinggi: mengandung 0,6–1,4% karbon



Baja karbon biasa hanya mengandung besi dan karbon sebagai bahan utamanya elemen paduan. Jejak elemen lain seperti Mn, Si, Al, S dan P mungkin juga hadir. Itu bisa dilihat dari diagram karbon pada Gambar di atas yang menyebabkan peningkatan karbon keuletan baja menurun sedangkan kekuatan tarik dan kekerasan meningkat. Perhatikan juga cara tarik maksimalnya kekuatan baja karbon biasa dicapai pada 0,83% karbon kandungan. Baja paduan mengandung elemen paduan seperti Mn, Mo, Cr dan Ni dan dibagi menjadi dua kelompok:
  • Baja paduan rendah mengandung <7% total paduan elemen lainnya.
  • Baja paduan tinggi mengandung > 7% total paduan elemen lainnya.

Elemen Paduan

Berikut ini adalah beberapa sifat dasar elemen paduan ditambahkan ke baja:
  • Besi (Fe) adalah unsur dasar baja.
  • Karbon (C) Meningkatkan kekuatan dan kekerasan tarik tetapi mengurangi keuletan.
  • Mangan (Mn) Meningkatkan ketangguhan dan kekuatan saat paduan pada tingkat <1,6% pada baja. Dapat mengontrol retak solidifikasi baja dengan menetralkan yang merugikan efek belerang.
  • Paduan Kromium (Cr) pada tingkat > 12% untuk diproduksi baja tahan karat. Memberikan ketahanan korosi dan meningkatkan ketebalan pengerasan. Hardenability adalah kemampuan baja untuk mengeras lebih lambat tingkat pendinginan saat memadukan elemen ditambahkan ke dalamnya. Jangan bingung ini istilah dengan kekerasan.
  • Molybdenum (Mo) Memberikan ketahanan dan kekuatan creep suhu tinggi pada baja paduan rendah.
  • Nikel (Ni) Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, keuletan dan ketahanan korosi baja saat paduan pada tingkat > 8%. Ini mempromosikan pembentukan austenit pada suhu di bawah suhu kritis yang lebih rendah.
  • Silicon (Si) Dicampur dalam jumlah kecil sebagai deoxidiser dalam baja feritik.
  • Aluminium (Al) Digunakan sebagai grain refiner pada baja dan agen deoksidasi dalam tiga kali terdeoksidasi baja.
  • Niobium (Nb) dan Digunakan untuk membantu pembentukan karbida
  • Titanium (Ti) menstabilkan baja tahan karat.

Referensi 

S. E. Hughes. First published 2009. A Quick Guide to Welding and Weld Inspection. Woodhead Publishing Limited and Matthews Engineering Training Limited

Cara Melakukan Liquid PENETRANT TEST

Liquid Penetrant Test adalah metode pengujian non-destruktif untuk mendeteksi diskontinuitas terbuka pada permukaan. Cairan Penetrant dapat digunakan secara efektif dalam pemeriksaan logam besi dan non-besi serta pada bahan non-berpori, non-logam : seperti keramik, plastik dan kaca. Permukaan diskontinuitas, seperti retakan, jahitan, putaran, penutup dingin dan laminasi dapat ditunjukkan oleh metode ini. Deteksi cacat dengan bantuan cairan penetran semakin banyak digunakan di berbagai tempat industri di berbagai negara dan rekomendasi dari karakter umum yang memberikan panduan tentang penerapan metode ini dianggap perlu.

Alat yang diperlukan

Adapun alat yang diperlukan adalah Pembersih Permukaan, Pengembang dan Penetrant


Surface Cleanser, Developer dan Penetrant


Referensi

IS 3658:1999 Code of Practice for Liquid Penetration Flaw Detection (second revision). Reaffirmed- May 2014.

Prinsip Pengujian

Penetran cairan yang sesuai diterapkan pada permukaan komponen yang diperiksa dan dibiarkan tetap di sana untuk waktu yang cukup untuk memungkinkan cairan menembus ke dalam cacat yang terbuka di permukaan. Setelah cukup waktu, penetran berlebih yang tertinggal di permukaan, dihilangkan. Kemudian berwarna terang, penyerap bubuk yang disebut pengembang diterapkan ke permukaan. Pengembang ini bertindak sebagai pengering dan mengeluarkan sebagian penetran yang sebelumnya meresap ke dalam bukaan permukaan. Sebagian penetran ditarik keluar, berdifusi ke dalam lapisan pengembang, membentuk indikasi permukaan diskontinuitas atau kekurangan.

Metode ini adalah metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi diskontinuitas terbuka ke permukaan dalam setiap produk industri yang terbuat dari bahan yang tidak berpori. Metode ini banyak digunakan untuk pengujian bahan non-magnet. Dalam metode ini, penetran cairan diaplikasikan ke permukaan produk untuk waktu tertentu yang telah ditentukan, setelah itu penetran berlebih dihilangkan
permukaan. Permukaan tersebut kemudian dikeringkan dan pengembang diterapkan padanya. Penetran yang tetap dalam diskontinuitas diserap oleh pengembang untuk menunjukkan keberadaan serta
lokasi, ukuran dan sifat diskontinuitas. Prosesnya diilustrasikan pada Gambar berikut :

Tahapan Penetrant Test (PT)


Penetran yang digunakan adalah penetran pewarna yang terlihat atau penetran pewarna fluoresen. Inspeksi untuk keberadaan pewarna yang terlihat, indikasi dibuat di bawah cahaya putih saat pemeriksaan keberadaan indikasi oleh penetran pewarna fluoresen dibuat di bawah sinar ultraviolet (atau hitam) di bawah kondisi gelap. Proses penetran cairan selanjutnya dibagi lagi menurut metode pencucian spesimen. Penetran dapat: (i) dapat dicuci dengan air, (ii) setelah emulsifiable, yaitu pengemulsi ditambahkan ke penetran berlebih pada permukaan spesimen serta membuatnya dapat dicuci dengan air, dan (iii) pelarut dapat dilepas, yaitu diperlukan penetran berlebih yang dilarutkan dalam pelarut untuk menghilangkannya dari permukaan benda uji. Dalam urutan menurun sensitivitas dan penurunan biaya, proses penetran cairan dapat disimpulkan sebagai:
  1. Pasca penetran pewarna fluoresen yang dapat diemulsi.
  2. Penetran pewarna fluoresen yang dapat dilepas pelarut.
  3. Penetran pewarna fluoresen yang dapat dicuci dengan air.
  4. Pasca penetran pewarna terlihat yang dapat diemulsi.
  5. Pelarut penetran pewarna yang terlihat dapat dilepas.
  6. Penetran pewarna terlihat yang bisa dicuci dengan air.
Beberapa keuntungan dari pengujian penetran cairan adalah sebagai berikut:
  1. Biaya relatif rendah.
  2. Metode NDT yang sangat portabel.
  3. Sangat sensitif terhadap diskontinuitas halus dan ketat.
  4. Metode yang cukup sederhana.
  5. Dapat digunakan pada berbagai bahan.
  6. Semua diskontinuitas permukaan terdeteksi dalam satu operasi, apa pun orientasinya.
Beberapa keterbatasan pengujian penetran cairan adalah sebagai berikut:
  1. Permukaan uji harus bebas dari semua kontaminan (kotoran, oli, gemuk, cat, karat, dll.).
  2. Mendeteksi diskontinuitas permukaan saja.
  3. Tidak dapat digunakan pada spesimen berpori dan sulit digunakan pada permukaan yang sangat kasar.
  4. Penghapusan semua bahan penetran, setelah pengujian, seringkali diperlukan.
  5. Tidak ada cara mudah untuk menghasilkan rekaman permanen.

Prosedur Dasar Pengelasan Pipa

Saat pipa berada pada posisi 5G, dengan porosnya horizontal seperti pada Gbr. 1, posisi pada pipa dapat dengan mudah diidentifikasi dengan kemiripan angka-angka pada jam. Jadi, bagian atas pipa berada di posisi jam 12 dan bagian bawahnya adalah posisi jam 6. Dua prosedur pengelasan berbeda digunakan saat pipa berada di dalam posisi horizontal: pengelasan pipa arah turun dan arah naik. Pilihan metode ini tidak dipengaruhi oleh diameter pipa; terutama tergantung pada ketebalan dinding dan kandungan paduan pipa, seperti dijelaskan di bagian berikut.

Gambar 1. Identifikasi posisi pengelasan di sekitar sambungan pipa berdasarkan arah jarum jam.

Pengelasan Pipa Downhill. Terlepas dari metode yang digunakan, pipa pertama-tama harus dilas bersama-sama. Untuk pengelasan menurun (Gbr. 2), pengelasan dimulai pada posisi jam 12 dan manik-manik dilas secara progresif ke bawah di sekitar pipa sampai posisi jam 6 tercapai. Mulai lagi pada posisi jam 12, maniknya ada dilas di sisi lain pipa untuk menutup dengan manik pertama pada posisi jam 6. Pengelasan pipa downhill digunakan terutama untuk mengelas dinding tipis pipa baja lunak yang memiliki ketebalan dinding 1/8 sampai 3/16 inci. Pipa dengan dinding tipis relatif menahan panas lebih lama daripada logam tebal. Hal ini menyebabkan logam di area lasan menjadi dingin perlahan jika kecepatan pengelasan dan masukan panasnya sama. Pendinginan yang lambat diinginkan karena struktur butiran yang lebih lembut dan lebih ulet kemudian diperoleh di logam di area lasan.

Gambar 2. PengelasanPipa Arah Turun dan Arah Naik

Saat mengelas pipa baja lunak, laju pendinginan bagian luar pipa berdinding tipis memungkinkan pengelasan lebih cepat tanpa efek berbahaya pada sambungan las. Untuk alasan ini, pengelasan menurun lebih disukai saat mengelas pipa baja lunak yang lebih tipis ketebalannya. Daktilitas logam dalam pengelasan dan di daerah sekitarnya dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan menyimpan beberapa manik-manik sekeliling yang di las. Setiap manik berikutnya memanaskan manik sebelumnya, yang dingin relatif lambat. Pembuatan pipa transmisi dan bejana penyimpan tekanan rendah adalah contoh metode downhill menggunakan pengelasan busur (SMAW). Fabrikasi seperti itu menjadikan bahan yang tebalnya kurang dari 3/8 inci, tepat menggunakan teknik arah turun. Memungkinkan kecepatan pengelasan yang lebih cepat dengan kecenderungan yang lebih kecil untuk menembus akar sambungan. Sebaliknya, bahannya lebih tebal dan banyak dari baja paduan bahan membutuhkan metode pengelasan arah naik.

Pengelasan arah turun membutuhkan pendinginan cepat, sehingga menggunakan elektroda dilapisi lapisan ringan  seperti 6010, 6011, 6012, 7010, dan 7014 yang menghasilkan terak minimum. Saat elektroda digerakkan ke bawah, di sepanjang sambungan itu genangan cair dan penutup terak akan cenderung menutupi penyebab porositas dan inklusi terak pada logam las. Penggunaan elektroda yang tepat, sudut batang yang tepat, dan kecepatan travel yang memadai, tetap maju terak cair akan memastikan hasil las. Dalam beberapa kasus penggunaan polaritas lurus (elektroda negatif) bersama dengan Metode arah turun ini akan menghilangkan luka bakar meskipun sambungan tidak terpasang dengan benar. Penggunaan elektroda yang dilapisi lebih berat seperti 7024 dan jenis bubuk besi hidrogen rendah tidak cocok untuk pengelasan menurun, karena bisa menimbulkan masalah terak terperangkap, porositas, dan overlap. Elektroda semacam itu juga akan membutuhkan arus yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terbakar.

Sumber Referensi
PIPE WELDING PROCEDURES, Second Edition, by Hoobasar Rampaul, Industrial Press New York Tahun 2003

Duty Cycle Mesin Las

 

Duty Cycle

Semua tipe mesin las diklasifikasikan/ diukur berdasarkan besarnya arus yang dihasilkannya ( current output ) pada suatu besaran tegangan ( voltage ). Ukuran ini ditetapkan oleh pabrik pembuatnya sesuai dengan standar yang berlaku pada negara pembuat tersebut atau standar internasional, di mana standar tersebut menetapkan kemampuan maksimum mesin las untuk beroperasi secara aman dalam batas waktu tertentu.

Salah satu ukuran dari mesin las adalah persentase dari “duty cycle”. Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode 10 menit, di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran arus tertentu secara efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih ( overload ).

Sebagai contoh, jika suatu mesin las berkemampuan 300 Amper dengan duty cycle 60%, maka artinya mesin las tersebut dapat dioperasikan secara aman pada arus 300 Amper pengelasan selama 60% per 10 menit penggunaan ( 6/10 ).

Jika penggunaan mesin las tersebut dibawah 60% ( duty cycle diturunkan ), maka arus maksimum yang diizinkan akan naik. Dengan demikian, jika misalnya „duty cycle’ nya hanya 35% dan besar arusnya tetap 300 Amper, maka mesin las akan dapat dioperasikan pada 375 Amper. Hal tersebut berdasarkan
perhitungan.
  1. Selisih : 60% - 35 % = 25 %
  2. Peningkatan : (25/60) x 300 = 125, sehingga 60% x 125 = 75 Amper.
  3. Arus maksimum yang diizinkan = 75 + 300 = 375 Amper.
Semakin besar prosentase duty cycle dari suatu mesin las, tentunya semakin semakin baik kualitas mesin las tersebut dan semakin mahal harganya. Memilih mesin las terbaik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pengelasan merupakan salah satu kebutuhan vital didalam bidang industri. Terutama untuk bidang industri yang material utamanya mengaplikasikan bahan logam, karena bisa dipastikan patut menerapkan mesin las untuk mengerjakan penyambungannya. Sekarang ini banyak sekali bermunculan macam-macam mesin las listrik dari berbagai merk.

Apabila menggunakan sumberdaya listrik dari PLN, sebaiknya memilih jenis inverter sebab lebih hemat daya listriknya. Seperti yang sudah disampaikan di atas, Mesin las listrik terbaik merupakan mesin las yang mempunyai Duty Cycle sampai dengan 100%, akan tetapi mesin yang seperti ini cukup susah ditemukan dipasaran. Sekalinya adapun, harganya pasti cukup mahal. Biasanya mesin las yang sering ditemui dipasaran umum yang memiliki Duty Cycle kisaran 30%-60% saja.

5K / 5S : Sebagai Mental Dasar (Basic Mentality)

SIKAP MENTAL adalah cara bagaimana seseorang berfikir, bersikap dan bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari, yang selaras dengan nilai-nilai yang ada pada sebuah perusahaan. Tujuannya  adalah membangun budaya kerja dan budaya perusahaan yang unggul untuk mencapai cita-cita perusahaan. Sebelum lanjut membaca silakan klik tulisan DAFTAR HADIR ini sebagai bukti kehadiran.

Apakah 5K/5S itu ?

5K/5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan khususnya di area kerja secara intensif, yang berasal dari Jepang dan digunakan oleh Perusahaan dalam rangka usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh.

5K/5S erat kaitannya dengan sikap moral individu, dengan tujuan agar individu tersebut senantiasa terbiasa dengan kesadaran untuk selalu mengikuti aturan, tidak menyimpang dari yang telah ditentukan. Sebagai bagian dari sikap mental dalam bekerja, moral dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok, yaitu :
  1. Ketelitian (Seiri)
  2. Kerapian (Seiton)
  3. Kebersihan (Seiso)
  4. Kesegaran (Seiketsu)
  5. Kedisiplinan (Shitsuke)

Ketelitian (Seiri)

Merupakan langkah awal dalam menjalankan budaya 5K/5S, yaitu membuang/menyortir/ menyingkirkan barang-barang, file-file yang tidak digunakan lagi ke tempat pembuangan. Semua barang yang ada di lokasi kerja, hanyalah barang yang benar-benar dibutuhkan untuk aktivitas kerja. Tindakan ini dilakukan agar tempat penyimpanan menjadi lebih efisien, karena dipergunakan untuk menyimpan barang atau file yang memang penting dan dibutuhkan, serta bertujuan juga agar tempat kerja terlihat lebih rapi dan tidak berantakan. Slogan Seiri itu sendiri adalah Singkirkan barang – barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. Dengan kata lain, Ketelitian (Seiri) bisa dikatakan sebagai "Harus Buang “.



Pelabelan Barang yang tidak diperlukan



Kerapian (Seiton)

Merupakan urutan kedua, karena setelah menyortir (Seiri) semua barang atau file yang tidak dipergunakan lagi, pastikan segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan, sehingga selalu siap digunakan pada saat diperlukan. Pastikan bahwa:
  1. Setiap barang punya tempat.
  2. Setiap tempat punya nama untuk barang tertentu.
  3. Buat menjadi terorganisir dan sistematis.
  4. Beri nama pada setiap tempat penyimpanan yang mudah diingat
Sementara itu, Slogan Seiton adalah Setiap barang yang berada di tempat kerja memiliki tempat yang pasti. Dengan kata lain, Kerapian (Seiton) bisa dikatakan sebagai "Harus Standard “.


Penyimpanan Produk





Penyimpanan Alat Kerja


Kebersihan (Seiso)

Setelah menjadi rapi, langkah berikutnya adalah membersihkan tempat kerja, ruangan kerja, peralatan dan lingkungan kerja. Tumbuhkan pemikiran bahwa kebersihan merupakan hal yang fital dalam kehidupan, jika kita tidak menjaga kebersihan, lingkungan akan menjadi kotor dan menjadi faktor utama terjangkitnya penyakit tidak nyaman. Menyebabkan berkurangnya produktivitas dan berakibat banyak kerugian. Lakukanlah pembersihan harian, pemeriksaan kebersihan dan pemeliharaan kebersihan. Slogan Seiso adalah bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja, Membersihkan berarti memeriksa. Dengan kata lain, Kebersihan (Seiso) bisa dikatakan sebagai "Harus Bersih “.


Bersih



Kesegaran (Seiketsu)

Tahap ini adalah tahap yang sukar. Untuk menjaga ketiga tahap yang sudah dijalankan sebelumnya secara rutin. Tahap ini dapat juga disebut tahap perawatan, merupakan standarisasi dan konsistensi dari masing-masing individu untuk melakukan tahapan-tahapan sebelumnya. Membuat standarisasi dan semua individu harus patuh pada standar yang telah ditentukan. Dapat dimotivasi dengan memberikan hadiah atau hukuman. Slogan Seiketsu adalah setiap orang memperoleh informasi yang dibutuhkannya di tempat kerja tepat waktu. Dengan kata lain, Kesegaran (Seiketsu) bisa dikatakan sebagai "Harus Chek“.


Kartu Chek List



Kedisiplinan (Shitsuke)

Pemeliharaan kedisiplinan pribadi meliputi suatu kebiasaan dan pemeliharaan program 5S yang sudah berjalan. Bila berada pada posisi sebagai atasan, buatlah standarisasi 5S serta berikan pelatihan 5S, agar seluruh karyawan perusahaan dapat mengerti akan kegunaan dari 5S sebagai dasar kemajuan perusahaan, karena dengan menerapkan 5S yang praktis dan ringkas bertujuan pada efisiensi, pelayanan yang baik, keamanan bekerja serta peningkatan produktivitas dan profit.

Penyadaran diri akan etika kerja, disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan senang melakukan perbaikan. Dengan kata lain,  Kedisiplinan (Shitsuke) bisa dikatakan sebagai "Harus Tegas“.


Contoh Board Kontrol


Setelah mempelajarinya, silakan kerjakan soal - soal tentang basic mentality pada link di bawah ini hasil pemeriksaan akan di rilis nanti setelah semuanya mengerjakan. Selamat belajar, terima kasih atas perhatiannya.

Polaritas Pengelasan : Kinerja Elektroda pada Las Busur

POLARITAS - digunakan untuk menggambarkan koneksi listrik pada elektroda dalam kaitannya dengan terminal sumber tenaga. Dengan arus searah (DC), ketika elektroda dihubungkan ke terminal positif, yaitu polaritas ditetapkan sebagai elektroda arus searah positif  (DCEP). Saat elektroda dihubungkan ke terminal negatif, polaritasnya ditetapkan sebagai polaritas langsung elektroda arus negatif (DCEN). Saat bergantian arus (AC) digunakan, polaritas berubah setiap setengahnya siklus 50 atau 60 Hz.
Polaritas

GMAW sebagian besar menggunakan DCEP

Sebagian besar aplikasi pengelasan busur logam gas (GMAW) menggunakan DCEP. Kondisi ini menghasilkan busur yang stabil, transfer logam halus, percikan yang relatif rendah, bagus karakteristik manik las dan penetrasi dalam untuk berbagai arus pengelasan. Berbeda dengan DCEN, ukuran tetesan cair cenderung meningkat dan perpindahan tetesan tersebut menjadi tidak teratur sehingga bertambah besar percikannya. Namun beberapa kawat tertentu memiliki keunikan tersendiri komposisi kimia telah dikembangkan secara khusus untuk DCEN, yang menawarkan kinerja luar biasa pada lembaran galvanis. Mencoba menggunakan AC konvensional umumnya tidak berhasil karena busur yang tidak stabil di GMAW. Namun, inverter canggih dan digital Teknologi kontrol telah mengembangkan GMAW  sumber daya  AC untuk lembaran logam.


SMAW adalah proses pengelasan paling serbaguna dalam hal polaritas

Berbagai macam fluks pelapis untuk ditutupi elektroda memungkinkan proses SMAW menjadi yang terbaik serbaguna dalam hal polaritas. Mayoritas tercakup elektroda menggunakan AC atau DCEP. Beberapa elektroda khususnya E6013, E6019 dan E7024 menawarkan kinerja yang baik dengan AC, DCEP atau DCEN. Sebaliknya, tipe selulosa tinggi elektroda seperti E6010, E7010, dan E8010 untuk pipa pengelasan dirancang untuk digunakan dengan DCEP hanya untuk transfer tetesan yang lebih halus. Tipe rendah karbon Cr-Mo elektroda seperti E7015, dan E8015juga dirancang untuk digunakan hanya dengan DCEP, untuk performa yang lebih baik. Beberapa elektroda tertentu untuk baja berkekuatan tinggi dan untuk baja suhu rendah disarankan untuk menggunakan AC saja untuk menjamin persyaratan yang ketat untuk kekuatan dan dampak ketangguhan logam las dalam fabrikasi.


Polaritas GTAW

Pengelasan TIG menggunakan polaritas DCEN untuk menghasilkan penetrasi yang dalam pada baja dan menggunakan sumberdaya AC untuk kapasitas elektroda yang baik dan tindakan pembersihan oksida pada paduan alumunium.


Polaritas pada SAW

Kombinasi khusus dari kawat dan fluks menentukan pilihan AC, DCEP atau DCEN pada SAW. Dengan DCEP, rasio konsumsi fluks (rasio jumlah terak dengan jumlah logam yang disimpan) lebih tinggi dari pada AC sekitar 10-30% tergantung pada jenisnya aliran. Akibatnya, komposisi kimianya demikian sifat mekanik logam las bisa dipengaruhi oleh polaritas, meskipun tingkat efeknya tergantung pada jenis fluksnya. Inilah sebabnya mengapa memilih dengan hati-hati Kombinasi kawat dan fluks perlu diperhatikan memperhitungkan polaritas sumber daya yang akan digunakan ketika persyaratan kualitas untuk logam las ketat. Tabel di bawah menunjukkan contoh pengaruh polaritas komposisi kimia dan sifat mekanik logam las. Dalam hasil tes ini, perbedaan yang mencolok adalah dikenali dalam karbon, oksigen, 0,2% PS, TS dan IV antara AC dan DCEP.


Tabel Pengaruh Polaritas

Contoh efek polaritas dalam SAW menggunakan fluks tipe fusi dan kawat solid untuk baja ringan dan tinggi 490N / mm2 baja kekuatan (seperti kondisi dilas).


Sumber Referensi

"Tanya Jawab - How Polarity Affects Electrode Performance in Arc Welding", KOBELCO Welding Today

Mengelas Logam yang Berbeda dan Baja Mangan

Mengelas Beda Jenis Logam

Menggabungkan stainless steel menjadi unalloyed atau baja paduan rendah

Penggabungan baja tahan karat ke C / Mn atau paduan rendah adalah yang paling umum dan contoh terpenting dari pengelasan logam yang berbeda. Secara khusus, aplikasi secara umum penggabungan baja paduan rendah atau unalloyed dengan baja tahan karat austenitik (sering disebut untuk sambungan feritik / austenitik) untuk perlekatan atau transisi.

Pengelasan baja tahan karat ke baja bukan paduan dan paduan rendah biasanya harus dilakukan dengan bahan habis pakai stainless paduan yang lebih tinggi yaitu lebih tinggi paduan daripada bahan dasar. Dua metode berbeda dapat digunakan. Seluruh alur bisa dilas baja tahan karat paduan berlebih atau bahan habis pakai berbasis Ni. Sebagai alternatif, permukaan alur paduan rendah atau alur yang tidak dilapisi dapat diolesi mentega dengan lebih dari baja tahan karat logam las, setelah itu alur diisi dengan bahan habis pakai yang cocok dengan bahan dasar stainless.

Pengelasan biasanya dapat dilakukan tanpa pemanasan awal. Ikuti rekomendasi yang berlaku untuk baja tertentu yang digunakan.

Elektroda Bahan Logam yang Berbeda

Menggabungkan paduan tembaga dan tembaga ke baja / baja tahan karat

Saat menggabungkan paduan tembaga ke baja / baja tahan karat, teknik mengoleskan mentega seharusnya digunakan. Tembaga cair pada tingkat yang lebih kecil, perunggu bermigrasi ke zona terkena panas (HAZ) baja dan mengendap di batas butirnya. Fase ini memiliki titik leleh beberapa ratus derajat lebih rendah dari baja. Penetrasi cepat dan kedalaman penetrasi bisa > 1 mm. Fenomena ini didorong oleh tegangan tarik, yang selalu ada dalam pengelasan. Hal itu dapat juga terjadi pada paduan berbasis nikel selain nikel murni dan jenis tembaga nikel. Untuk alasan ini, nikel murni atau nikel-tembaga dapat digunakan sebagai lapisan mentega untuk menghindari penetrasi tembaga ini.

Penetrasi tembaga ini belum tentu merugikan. Hal tersebut bisa ditoleransi dalam banyak aplikasi permukaan. Namun jika di gabung, di mana lasan terkena beban berat atau khususnya suhu tinggi, dimana batas butir akan menyebabkan kerapuhan, tembaga penetrasi harus dihindari. Dalam kasus ini, lapisan mentega nikel atau nikel-tembaga harus digunakan. Lapisan mentega bisa dibuat di sisi tembaga atau sisi baja. Saat mengelas sambungan mentega, penting bahwa kontak fisik antara logam las dan logam di bawah lapisan penyangga dihindari.

Dalam kedua kasus tersebut, elektroda nikel murni OK 92.05 dapat digunakan. Untuk final pengisian sambungan, elektroda dari jenis baja / stainless atau jenis perunggu bisa digunakan, tergantung pada sisi mana lapisan mentega diterapkan. Gambar berikut menunjukkan bagaimana lapisan mentega ini dapat dilakukan.

Sambungan Beda Jenis Logam

Saat mengolesi mentega tembaga atau perunggu, pemanasan awal hingga 300 – 500 °C harus diterapkan. Bahan tipis mungkin hanya dipanaskan di sekitar area awal. Ketika lapisan mentega berada di sisi non-tembaga, suhu pemanasan awal harus dipilih sesuai dengan bahan ini.

Saat mengelas sambungan mentega pada sisi non-tembaga menggunakan listrik berbasis Cu, sisi tembaga harus dipanaskan terlebih dahulu hingga 150–200 ° C (Al bronzes dan Sn perunggu) dan <100 ° C (perunggu Si) masing-masing. Sambungan yang diolesi mentega pada sisi tembaga tidak perlu dipanaskan terlebih dahulu pada sisi ini karena lapisan Ni isolasi secara efektif menurunkan heat sink yang disebabkan oleh tinggi konduktivitas termal tembaga.


Repointing Gigi Bucket


Mengelas Baja Mangan

Baja mangan, kadang-kadang disebut baja mangan-austenitik, baja mangan 14% atau baja Hadfield, biasanya mengandung 11–14% mangan dan 1–1,4% karbon. Nilai tertentu mungkin juga mengandung elemen paduan kecil lainnya. Baja ini memiliki kemampuan luar biasa untuk bekerja mengeras selama pekerjaan dingin, e. g. benturan tinggi dan / atau tekanan permukaan tinggi. Hal ini membuat baja ideal untuk kondisi saluran dalam industri penghancuran dan pertambangan, misalnya di bagian keausan palu penghancur, gelas, bucket, gigi penggali dan titik rel.

Baja mangan bisa bertahan lama, tetapi akhirnya aus. Rekondisi biasanya berupa memperbaiki retakan atau kerusakan, membangun kembali logam yang telah aus dan mengendap lapisan hardfacing untuk memperpanjang kehidupan pelayanan dari bagian tersebut.

Kemampuan las baja mangan dibatasi oleh kecenderungannya menjadi rapuh saat dipanaskan kembali dan pendinginan lambat. Salah satu aturan praktisnya adalah interpass suhu tidak boleh melebihi 200 ° C. Untuk alasan ini, kontrol yang sangat hati-hati terhadap pemanasan selama pengelasan sangat penting. Baja-baja ini karenanya harus dilas:
  • dengan masukan panas serendah mungkin dengan menggunakan arus rendah
  • dengan manik-manik stringer, bukan manik-manik anyaman
  • jika memungkinkan, bekerja dengan beberapa komponen pada waktu yang sama
  • komponen dapat dimasukkan ke dalam air pendingin
Pengelasan baja mangan bisa melibatkan
  • menggabungkan baja mangan dengan baja paduan rendah yang tidak bersalut
  • menggabungkan baja mangan dengan baja mangan
  • membangun kembali permukaan yang aus
  • permukaan keras untuk mengamankan kekerasan awal permukaan


Penggabungan

Untuk menggabungkan baja mangan dan baja mangan menjadi baja, bahan habis pakai tahan karat austenitik  harus digunakan untuk menghasilkan sambungan yang kuat.

Surfacing

Sebelum memunculkan bagian yang sangat aus, disarankan untuk menyangga dengan austenitik konsumsi OK 67.XX. Peremajaan kemudian dilakukan dengan salah satu dari 13% Mn jenis di bawah ini.

Elektroda untuk Surfacing

High Hardness

Untuk meningkatkan kekerasan awal logam las mangan yang dilas dan untuk meningkatkan ketahanan awal terhadap abrasi, hardfacing dengan paduan kromium bahan habis pakai dapat digunakan. Hal ini juga dapat dilakukan pada bagian baru untuk pencegahan tujuan.


Elektroda High Hardness


Sumber Referensi 

  • Repair and Maintenance Welding Handbook (Second Edition), Penerbit : Esab AB GÖTEBORG – SWEDEN.


Mengelas Besi Cor (Welding Cast Iron)

Besi tuang terdiri dari paduan besi dengan kandungan karbon 2-5%, kandungan silikon 1-3% dan mangan hingga 1%. Besi cor menunjukkan keuletan yang rendah, kekerasan yang rendah dan kekuatan yang rendah umumnya bahan yang sangat rapuh. Untuk memperbaiki sifat ini, besi cor sering dicampur atau diperlakukan dengan menggunakan pemanasan.

Jenis besi cor yang banyak digunakan saat ini adalah:
  • besi abu-abu
  • besi nodular
  • besi lunak
  • besi grafit yang dipadatkan
  • besi putih
Kandungan karbon yang tinggi sangat mempengaruhi kemampuan lasnya. Karena berbagai sifat besi cor, kemampuan las bervariasi. Beberapa tipe dapat dengan mudah untuk di las, yang lain tidak bisa di las. Semua jenis besi di atas bisa untuk di las, terlepas dari besi putih karena kerapuhannya yang ekstrim.


Elektroda Besi Cor

Jenis Elektroda Nikel Murni

Sebagai pedoman, besi tuang dilas dengan elektroda nikel murni. Nikel memiliki kemampuan untuk menyerap lebih banyak karbon tanpa mengubah sifatnya sendiri. Itu ekspansi bersama Nikel dan besi  cor karena panas adalah sebanding. Nikel lebih ulet dibandingkan bahan pengisi lain untuk pengelasan besi tuang dan sangat mudah untuk dikerjakan, digunakan untuk mengisi rongga, perbaikan umum yang membutuhkan kekerasan sekitar 150HB. Tidak direkomendasikan untuk besi dengan kandungan sulfur tinggi dan fosfor.

Jenis Elektroda Besi Nikel

Untuk mendapatkan kekuatan yang lebih tinggi, elektroda besi-nikel dapat digunakan untuk menyambung besi cor dan besi cor menjadi baja. Karena kandungan besi dari logam las, ada sedikit peningkatan kekerasan logam las, dibandingkan dengan logam las nikel murni. Logam las bisa dikerjakan dengan mesin. Jenis besi-nikel lebih toleran terhadap pengenceran dengan sulfur dan fosfor daripada jenis nikel murni.

Jenis Elektroda Nikel-Tembaga

Jika logam las warna senada diperlukan, jenis nikel-tembaga cocok. Logam las mudah dikerjakan.


Jenis Elektroda Baja yang tidak dilapisi

Jenis elektroda ini dapat digunakan untuk pekerjaan non-kritis dan saat tidak diperlukan pemesinan.


Persiapan Sambungan Untuk Besi Tuang

  • Sudut sambungan harus lebih lebar dari pada baja ringan
  • Semua ujung yang tajam harus dibulatkan
  • U-groove umumnya lebih disukai
  • Retakan harus dibuka sepenuhnya untuk memungkinkan aksesibilitas
  • Untuk perbaikan retak, buat lubang kecil di setiap ujung retakan, lihat gambar di bawah.

Prosedur untuk memperbaiki retakan (Crack)


Karena besi cor memiliki struktur metalurgi berpori, sehingga bisa menyerap minyak dan cairan yang mempengaruhi kemampuan las dan karenanya harus dilepas sebelum pengelasan. Untuk membakar cairan ini, diperlukan pemanasan. Namun, dalam banyak kasus, memang demikian tidak mungkin, karena bentuk benda atau karena keterbatasan waktu.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan elektroda gouging. Sangat baik untuk persiapan perbaikan pada besi tuang karena bisa mengeringkan dan membakar kotoran / grafit di permukaan dan dengan demikian berkurang resiko retak dan porositas saat pengelasan. Dengan penggerindaan normal, kotoran dan grafit pada besi cor menempel di sepanjang alur dan dapat menyebabkan masalah saat pengelasan.

Pada beberapa lasan, teknik mengoleskan mentega (Buttering Technique) akan bermanfaat. Artinya itu satu atau kedua permukaan yang akan dilas dilapisi sebelum disambung, Gambar 1 dan 2. Teknik tersebut digunakan untuk menghindari terbentuknya fasa getas. Tegangan kontraktional dari pendinginan logam las pada manik-manik berikutnya akan lebih besar efeknya pada keuletan lapisan mentega  daripada kegetasan HAZ pada bahan dasar.


Gbr. 1 Teknik Buttering


Gbr. 2 Teknik Buttering dengan Multilayer

Pengelasan Dingin Besi Cor

Sebagian besar perbaikan besi tuang dilakukan dengan menggunakan SMAW dan saat ini teknik pengelasan dingin terutama digunakan dengan prosedur berikut :
  • Pengelasan dengan manik-manik stringer pendek (20–30 mm) tergantung ketebalan
  • Gunakan elektroda berdiameter kecil dan las dengan ampere rendah
  • Suhu antara harus dijaga di bawah 100 ° C setiap saat
  • Peen permukaan las dengan alat bulat langsung setelah pengelasan

Sumber Referensi 

  • Repair and Maintenance Welding Handbook (Second Edition), Penerbit : Esab AB GÖTEBORG – SWEDEN.


Pengelasan Sambungan T (Posisi 1F dan 2F) Menggunakan SMAW


Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari dan berlatih tugas ini, peserta diharapkan mampu mengelas sambungan  T tiga jalur pada pelat posisi di bawah tangan (flat) menggunakan SMAW dengan memenuhi  kriteria : 

  • Tebal jalur 6 mm 
  • Bentuk jalur rata atau cembung 
  • Beda permukaan jalur maks. 0,5 mm 
  • Tidak terjadi overlap 
  • Undercut maksimal 0,5 mm 
  • Keropos maks. 4mm2 . 
  • Lack of fusion 0% 

Alat dan Bahan

Alat

  • Seperangkat mesin SMAW 
  • Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja SMAW 
  • Satu set alat bantu SMAW. 

Bahan

  • Pelat baja lunak 2 pcs ukuran 80 x 200 x 5 mm dan 50 x 200 x 5 mm  
  • Kawat elektroda AWS E.6013 diameter 2,6 mm

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11). 
  2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir. 
  3. Pakailah pakaian kerja dan / atau jaket las yang aman dan sesuai. 
  4. Yakinkan bahwa sirkulasi udara di tempat kerja cukup baik ( operasikan sistem pengisap/ sirkulasi udara ) 
  5. Gantilah kaca filter jika sudah rusak. 
  6. Ikuti langkah kerja secara benar 
  7. Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan. 
  8. Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan pekerjaan. 


Gambar Kerja

Sambungan T Posisi 1F






Sambungan T Posisi 2F





Langkah Kerja

  1. Siapkan peralatan SMAW dan alat-alat bantu. 
  2. Siapkan bahan las ukuran 2 pcs ukuran 80 x 200 x 5 dan 50 x 200 x 5 mm 
  3. Atur besar arus las antara 70 – 90 A 
  4. Lakukan las catat pada kedua ujung sambungan, serta tempatkan benda kerja pada posisi di bawah tangan ( bentuk T sudut 45 derajat ). 
  5. Lakukan pengelasan pada jalur pertama dengan posisi sudut elektroda antara 75 – 85 derajat arah maju dan sudut 90 derajat terhadap bidang rata pengelasan.  
  6. Periksakan hasil las pada pembimbing sebelum melanjutkan pada jalur berikutnya. 
  7. Lakukan menyetelan kembali pada mesin las (jika diperlukan) dan lihat kriteria hasil las yang perlukan. 
  8. Lakukan pengelasan pada jalur kedua dengan posisi sudut elektroda antara 75 – 85 derajat arah mundur dan sudut 60 - 70 derajat terhadap bidang rata pengelasan. 
  9. Lakukan pengelasan jalur ketiga dengan metode yang sama dengan jalur kedua. 
  10. Lanjutkan pengelasan pada sisi ke dua sampai selesai, dan bertanyalah pada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang dipahami, terutama tentang teknik pengelasannya. 
  11. Bersihkan dan dinginkan benda kerja . 
  12. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa. 
  13. Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan. 

Video berikut menjelaskan tentang mengelas 1F menggunakan proses SMAW, semoga tidak membosankan dan ada manfaat yang bisa di ambil.


Mengelas SMAW Posisi 1F





Mengelas SMAW Posisi 2F





Sumber Referensi 

  • "DASAR LAS MIG-MAG/ GMAW (Basic Gas Metal Arc Welding)" Penerbit : Indonesia Australia Partnership for Skills Development, Batam Institutional Development Project, Tahun 2001.
  • "Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sub-Sektor Industri Barang Dari Logam Sub Bidang Pengelasan", Penerbit : Kemenaker RI, Tahun : 2018.

Las Busur Terendam (SAW) : Mesin dan Peralatan Las SAW

SAW (Submerged Arc Welding)



Pengelasan busur terendam dapat digunakan untuk berbagai benda kerja yang sangat luas. Metode ini cocok untuk pengelasan tumpul dan fillet untuk aplikasi seperti bagian struktur di kapal, pembuatan bejana tekan, balok jembatan, pipa air, tutup lembaran tipis dan sebagainya. Selain itu, prosesnya sangat efektif untuk aplikasi cladding, mis. saat melapisi baja karbon ringan dengan stainless bahan baja, atau saat menyimpan bahan keras di atas substrat yang lebih lunak.

Pengelasan busur terendam umumnya dilakukan di dalam ruangan di bengkel fabrikasi. Kerja luar ruangan selalu membawa risiko tingkat kelembapan yang tidak diinginkan masuk ke dalamnya sambungan atau fluks dan menghasilkan porositas las. Jika las busur terendam harus dilakukan di luar ruangan, tindakan pencegahan khusus harus dilakukan, seperti pembangunan atap di atas area kerja.

Pengelasan busur terendam paling efisien jika sambungan dapat diisi dengan lintasan sesedikit mungkin. Jika saat mengerjakan baja ringan, benda kerja dapat dibalik dan jika bahannya tidak terlalu tebal, manik sering diaplikasikan dari setiap sisi sambungan. Jika dasar bahan adalah baja paduan, prosedur multi-lintasan biasanya diperlukan. Hal ini menghasilkan peningkatan biaya proses, tetapi untuk banyak benda kerja keekonomisannya Prosesnya masih cukup menarik untuk pengelasan busur terendam agar biaya lebih efektif daripada pengelasan manual menggunakan elektroda berlapis. Selain itu, akan ada lebih sedikit cacat las dengan pengelasan otomatis.

Prinsip Pengelasan Busur Terendam

Bahan pengisi adalah elektroda kawat kontinu yang tidak dilapisi, diterapkan bersama dengan aliran fluks berbutir halus, yang disuplai dari hopper fluks melalui sebuah tabung. Hambatan listrik elektroda harus serendah mungkin untuk memfasilitasi pengelasan pada arus tinggi, sehingga arus pengelasan disuplai ke elektroda melalui kontak yang sangat dekat dengan busur dan tepat di atasnya. Busur terbakar di atas rongga yang diisi dengan gas dan uap logam. Ukuran dari rongga di depan busur dibatasi oleh bahan dasar yang tidak dilebur, dan di belakangnya oleh las cair. Bagian atas rongga dibentuk oleh fluks cair. Diagramnya juga menunjukkan lasan yang dipadatkan dan fluks yang dipadatkan, yang menutupi lasan dalam lapisan tipis dan yang selanjutnya harus dibuang. Tidak semua fluks yang disuplai habis. Kelebihan fluks dapat disedot dan digunakan kembali.


Skema : Prinsip Las Busur Terendam


Fluks juga memiliki efek isolasi termal, dan dengan demikian mengurangi kehilangan panas dari busur. Hasilnya lebih banyak energi masukan tersedia untuk proses pengelasan yang sebenarnya itu sendiri daripada kasus dengan proses yang melibatkan busur terbuka. Efisiensi termal lebih besar dan laju pengelasan lebih cepat. Bisa disimpulkan bahwa las busur terendam memiliki efisiensi termal sekitar 90%, dibandingkan dengan nilai perkiraan sekitar 75% untuk pengelasan MMA. Pengelasan busur terendam dapat dilakukan dengan menggunakan DC atau AC.


Voltage and Current Control.

Voltage and current control atau trafo las berfungsi sebagai pengatur arus dan tegangan output yang dibutuhkan untuk pengelasan busur listrik. Selain itu juga terdapat banyak pengaturan lain pada trafo las untuk SAW ini. Contohnya adalah laju pengelasan dan tingkat pengumpanan flux. Pada umumnya trafo las sudah dilengkapi dengan roda untuk berjalan pada jalur tertentu yang sudah di setting. Pada trafo las jenis stationary tidak dilengkapi dengan roda karena pada pengelasan ini yang bergerak adalah materialnya bukan mesinnya. 

Trafo las bisa mengakomodasi keperluan kelistrikan untuk pengelasan busur listrik hingga 2 umpanan kawat sekaligus. Tetapi pemakaian 2 trafo las untuk 2 umpanan kawat sekaligus juga merupakan metode yang banyak diterapkan di lapangan. Karena pekerjaan pengelasan SAW biasanya digunakan untuk sambungan panjang dan bisa berdurasi lebih dari 10 menit pada sekali jalan. Maka mesin las SAW diharuskan memiliki duty cycle 100% pada arus listrik yang digunakan, untuk menjaga stabilitas performa mesin selama proses pengelasan. 

Electrode Wire Reel

Electrode wire reel adalah bagian yang berbentuk gulungan yang berguna untuk menampung gulungan filler metal dan mengarahkan kawat tersebut kearah pengumpan untuk diumpankan. Gulungan kawat tersebut biasanya dijual dalam satuan dengan berat 7 kilogram. 

Flux Hopper

Flux hopper adalah komponen mesin SAW yang berfungsi sebagai penampung pasir flux serta mengumpankannya ke dalam kawah las. Untuk mengatur tingkat pengumpanan pasir flux kedalam kawah terdapat sebuah katup yang dapat di atur secara manual oleh welding operator. Gaya gravitasi akan bekerja dan membuat pasir flux pada penampungan turun untuk merendam busur listrik secara terus menerus. Pada model yang lebih baru pengaturan bukaan katup dapat diatur pada mesin las. 

Unfused flux recovery tube

Unfused flux recovery tube adalah bagian yang berfungsi untuk mengumpulkan bagian flux yang tidak mencair menjadi slag. Karena sebagian besar dari pasir flux tidak tersentuh busur listrik sehingga tidak mencair, maka pasir flux ini masih memiliki bisa digunakan kembali sehingga harus dikumpulkan. Mekanisme kerja komponen ini mirip seperti vacuum cleaner. Selang yang digunakan untuk menyedot pasir – pasir flux diletakkan pada bagian belakang rangkaian dan sedikit jauh dari pengumpan kawat dan flux untuk mencegah gangguan pada saat proses las berjalan. 

Electrode wire reel

Electrode wire reel adalah gulungan kawat las yang memiliki diameter kawat diantara 1.6 mm hingga 6 mm. Kawat las ini juga tersedia versi puntir nya yang berfungsi untuk meniru gerakan ayunan pada proses las manual. Elemen untuk penambahan alloy juga ditambahkan pada kawat las ini untuk mengendalikan komposisi kimia dari logam las. Selain itu kawat las SAW juga dilapisi dengan tembaga untuk meningkatkan konduktivitas dan memudahkan proses penyalaan busur.


Skema Mesin Las Busur Terendam (SAW)


Sumber Referensi 

  • "Submerged Arc Welding", Penerbit : ESAB AB SE--695 81 LAXÅ SWEDEN, Tahun : 2008.
  • "Buku Informasi Membuat Sambungan Las Kampuh (GROOVE)", Penerbit : Kementerian Ketenagakerjaan R.I, Tahun : 2018.