Tampilkan postingan dengan label SMAW. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SMAW. Tampilkan semua postingan

Perbedaan Mengelas Single Pass (Bead) dengan Multi Pass (Bead)

Apa itu Weld Pass / Beads ?....  Apa itu Weld Layers ??

Yang di maksud dengan Weld Pass / Beads yaitu Alur (rigi - rigi atau jalur / Pass) las yang di buat oleh tukang las, sementara Weld Layers adalah lapisan alur las yang di buat dengan cara di tumpuk berulang ulang  mulai dari bawah sampai ke atas. Mengelas benda kerja atau pelat yang tebal misal ketebalan pelat 10 mm, 12 mm, 20 mm, 50 mm dan seterusnya. Pada sambungan fillet atau groove tentu tidak cukup dengan hanya sekali membuat alur, mengingat ketebalan yang dimiliki oleh benda atau pelat yang akan di las.

Gbr 1. Weld Beads dan Weld Layers


Multi Layers Multi Pass

Seperti terlihat pada gambar 2 di bawah ini, terlihat bahwa sebuah sambungan tumpul (groove) dengan backing yang di las dengan cara multi layer dan multi pass dan terdiri atas 6 layer 11 pass. Mengapa di sebut demkian, dikarenakan di las dengan beberapa lapisan juga alur las. Jika gambar tersebut dilihat dengan seksama, maka terlihat jelas bahwa mulai dari layer 3 atau lapis ketiga terdiri atas dua pass / alur las (alur las no. 3 dan no. 4). Sementera layer terakhir yang paling atas, terdiri atas tiga pass / alur las (alur las no. 9, no. 10 dan no. 11). Hal tersebut dilakukan karena sudut kampuh yang besar lebih dari 30 derajat dan pelat yang lebih tebal dari 10 mm.

Gbr 2. Multi Layer & Multi Pass


Multi Layers Single Pass

Gambar ke 3 di bawah ini menunjukan bahwa sambungan tumpul (groove) tersebut di las dengan multi layer dan single pass dimana ada 7 layer dan 7 passMengapa di sebut demkian, dikarenakan di las dengan beberapa lapisan juga alur las. Jika gambar tersebut dilihat dengan seksama, maka terlihat jelas bahwa mulai dari layer 1 sampai layer ke 7, semua lapis atau layer hanya di las dengan 1 pass, sehingga di sebut dengan multi layer dan single pass. Hal tersebut dilakukan karena sudut kampuh yang besar 30 derajat dan pelat yang tebalnya kurang atau sama dengan 10 mm.

Gbr 3. Multi Layer Single Pass


*Semoga Bermanfaat*



 

Arc Start dan Arc Force Fungsinya untuk apa ?

Arc force itu biasanya digunakan untuk mengatur besar kecilnya busur api dan settingannya lebih kecil dari pada ampere utama. Tujuannya agar kawat las tidak menempel pada material yang di las.


Arc Force Pada Mesin SMAW

Mesin las itu ada 2 output yaitu Constan-Current (CC) Machine dan Constant Voltage (CV) Machine. SMAW dan TIG (GTAW) termasuk kategori mesin las CC, sedang GMAW (MAG dan MIG) serta FCAW termasuk kategori mesin CV. Mesin jenis CC umumnya dipakai secara manual, sedangkan mesin jenis CV bisa manual untuk kapasitas kecil dan juga umum dipakai untuk otomatis dengan robot welding. Jadi dipasaran ada mesin las yang dijual bisa dipakai untuk 2 metoda las yaitu SMAW dan TIG dalam 1 mesin karena sama-sama jenis mesin CC. Kembali ke pembahasan "Arc Start", Arc start umumnya ada di mesin TIG, dimana "Arc start" bertujuan agar busur las (arc) mudah dinyalakan (di-start) yaitu menggunakan teknologi "frequensi tinggi" (high frequency arc). Sehingga welder mudah menyalakan busur saat memulai pengelasan. Untuk pertanyaan "Arc Force" umumnya ada dipengaturan (setting) mesin SMAW jenis digital. "Arc Force" (gaya busur listrik) berkaitan dengan kemampuan (gaya) busur untuk menembus pelat baja yang di las (penembusan - digging). Pengaturannya bisa 10% sampai 100%. Semakin besar persen "arc force" nya maka semakin dalam daya tembusnya sesuai ukuran ampere-nya yang disetting awal, namun semakin besar arc force nya, akar las (root) yang terbentuk menjadi lebih besar dan spatter (puncratan busur) bisa lebih banyak, suara busurnya pun agak berisik serta hasil bead lasnya tidak mulus (smooth). 

Mesin SMAW yang outputnya Constant Current, artinya sekali di set arusnya misalnya 100A maka nilai arus tersebut akan constant di rentang antara 95 - 105 A, artinya saat mengelas, welder yang terampil punya kemampuan mengatur ketinggian ujung elektroda dan permukaan pelat yang di las, ketinggian tersebut disebut panjang busur (arc length) dimana akan menentukan tegangan busur dalam volt. Kalau weldernya kurang terampil maka tegangan busur tersebut akan turun naik sesuai panjang busurnya sehingga arus yang digunakan juga sedikit bervariasi. Tapi kalau weldernya terampil menjaga ketinggian ujung elektroda yang meleleh dengan permukaan pelat yang di las, maka arus akan tetap konstan. Oleh karena itu, peran welder tersebut secara manual yang mengatur arus tersebut agar tetap konstan sebenarnya. Jadi untuk mesin yang dipakai manual seperti TG dan SMAW disebut dengan konstan arus (constant current). Sedangkan GMAW disebut dengan constant-voltage (CV), artinya saat welder men-set voltase busur (panjang busur) nya katakan 25 volt, maka ketinggian panjang busur antara ujung kawat pejal di mesin GMAW yang diumpan akan kontant di ketinggian 6 mm misalnya. Arti nya bila gagang las dinaikan, maka panjang busur akan naik katakan jadi 8mm, tapi karena mesin las ini punya karakter "constant voltage", maka saat itu juga (detik itu) kawat yang diumpan akan menyesuaikan (self-adjustment) di panjang 6mm (25 vott) seperti awal pengaturan (set). Itulah prinsip kerja mesin las yang harus dipahami lebih dahulu oleh para pekerja las (welder, welding supervisor, WI dan WE). Artinya mesin las GMAW apapun yang dibuat oleh beberapa negara akan ada dibuat setting (pengaturan) nya dengan voltase pada mesin GMAW untuk set operasi nya, sedang Ampernya sebenarnya untuk mengatur "kecepatan umpan kawat" nya yang setting tombol Ampernya (arusnya) sudah di buat penyesuaian (pengaturan) antara "kecepan umpan kawat" dan "besar arus" yang tertulis di tombol Amper nya tersebut. jadi produk yang buatan China, sebenarnya agar para welder dipermudah pengaturannya, dimana Amper yang diset tsb merupakan pengaturan dari kecepatan umpan kawat. Demikian mudah2an jadi lebih paham Prinsip Kerja Mesin Las SMAW, TIG serta mesin las GMAW. 

Di GMAW, ada teori di buku handbook tentang "metal transfer" (transfer lelehan logam). Jika seting parameter voltase nya dan ampernya kecil, maka akan terjadi "short arc transfer" dimana parameter ini cocok untuk mengelas pelat tipis. Jika setting parameternya dengan voltase 30 volt dan amper sekitar 250A (tergantung diameter kawatnya ada 0.8, 1.2 dan 1.6mm) maka transfer logamnya akan "spray transfer". Itupun tergantung gas pelindung yang dipakai. Kalau pakai 100 % argon atau campuran gas argon 70% dan CO2 30%, maka transfernya masih bisa terjadi "spray transfer". Tapi kalau CO2 100% atau gas campuran yang CO2 nya lebih dari 30% maka tidak akan diperoleh "spray transfer" tetapi hanya "Globular Transfer" yang umumnya terjadi spatter (puncratan logam cair). Sekedar tambahan pengetahuan metal transfer pada GMAW. 

PENGELASAN SAMBUNGAN TUMPUL (GROOVE) PELAT dengan PELAT

Menghilangkan Las Cantum (Tack Weld) Sesuai Prosedur

Tack Weld pada hakekatnya adalah las yang pendek. Mengingat kegunaannya hanya untuk sementara, yakni mengunci penyetelan. Setelah pengelasan akar selesai tack weld dibuka kembali, maka biasanya tack weld dilaksanakan dengan amper rendah, sehingga akibatnya bermuka cembung (convex). Karena muka cembung terciptalah takik takik dikedua sisi tack weld tersebut yang berpotensi untuk menghasilkan retak jempol kaki. Karenanya tack weld ibarat sebagai buah simalakama, diperlukan namun sekaligus membahayakan. Itulah sebabnya disini disarankan makin sedikit tack weld digunakan makin baik. Sebagai pengganti penggunaan sirip penyetel yang menggunakan tack weld, dapat digunakan klem mekanis. 

Untuk tack weld yang dilaksanakan di bagian dalam Kampuh las, jika pelaksananya adalah juru las yang tidak berkualifikasi , maka tack weld harus dibongkar Sebelum dilewati las akar. Untuk tack weld dalam kampuh las yang dilaksanakan Oleh juru las yang berkualifikasi, bekas tack weld dapat langsung dilebur bersama las akar . Walaupun hanya satu buah tack weld, namun jika WPS las produksi menentukan harus menggunakan pemanasan awal,  maka pelaksanaan tack weld pun harus didahului dengan pemanasan awal. Sambungan logam dasar di tack weld, untuk mencegah atau mengontrol distorsi pada waktu mengelas. Pengelasan ini dapat dilakukan dalam satu, dua, atau tiga pass, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Tack Weld Sambungan V

Jika dilakukan dalam satu operasi, welder harus menggunakan gerakan weaving untuk mendistribusikan logam bahan tambah pada alur-V dan sehingga memperoleh fusi yang kuat. Jika menggunakan dua atau lebih manik las untuk menyelesaikan pengelasan, maka welder seharusnya membersihkan manik las terlebih dahulu sebelum membuat manik las selanjutnya. Hal ini berfungsi untuk mencegah masukkan terak dalam manik las atau pass selanjutnya. 

Penembusan pada pengelasan ini ringan, dan dibuat di atas permukaan logam dasar Untuk menjamin penembusan sempurna pada alur las, seharusnya menggunakan metode lubang kunci. Lubang kunci hanya dapat dilihat pada lintasan pertama atau akar (root pass). Seiring dengan kawah busur membentuk dan meleleh melalui logam yang lebih tipis pada muka akar (root face), maka akan terbentuk lubang kecil. Lubang kunci secara continue diisi ketika las bergerak maju. Lubang kelihatan seperti lubang kunci model lama, lihat gambar di bawah ini :

Key Hole

Jika diameter lubang kunci dijaga konstan, jumlah penembusan juga akan seragam Juru las perlu menghilangkan tack weld yang menghalangi untuk proses selanjutnya jika tack weld di lakukan di tengah material. Menghilangkan tack weld tersebut dengan cara di gerinda.

Tack Weld

Arah (Pengelasan) Pergerakan Las Sesuai Prosedur

Dalam proses las SMAW  GMAW FCAW arah pengelasan bisa mendorong cairan (maju/Forehand) atau menarik cairan (mundur/Backhand) sesuai kebutuhan dan posisi pengelasan. Pada proses las GTAW dan OAW arah pengelasan harus mendorong cairan (maju/Forehand). Seperti di perlihatkan pada gambar di bawah :

Arah Pengelasan Pada Proses GMAW atau FCAW


Arah Pengelasan Pada Proses GTAW


Sedangkan gerakan/ayunan tang las/elektroda (welding gun) pada SMAW, GMAW,FCAW, GTAW OAW, terutama dipengaruhi oleh: Bentuk sambungan , Tebal bahan, Lebar persiapan sambungan, Jenis bahan dan Posisi pengelasan. Gerakan/ayunan tang las/elektroda diupayakan lurus, apabila tidak memungkinkan gerakan lurus (misal pengelasan arah naik) diusahakan menggunakan ayunan ke samping seminimal mungkin. Misalnya lebar ayunan untuk setiap jalur maksimal 16 mm. Berikut ini merupakan beberapa bentuk gerakan/ayunan pengelasan yang banyak digunakan pada pengelasan menggunakan SMAW, GMAW/FCAW, GTAW OAW, terutama pengelasan pada posisi tegak : 

Bentuk Gerak Ayunan

Arah pengelasan (elektroda) pada proses las busur manual adalah arah mundur atau ditarik (BACKHAND), sehingga bila operator las menggunakan tangan kanan, maka arah pengelasan adalah dari kiri ke kanan. Demikian juga sebaliknya, jika menggunakan tangan kanan, maka tarikan elektroda adalah dari kanan ke kiri. 

Namun, pada kondisi tertentu dapat dilakukan dari depan mengarah ke tubuh operator las.  Dalam hal ini, yang terpenting adalah sudut elektroda terhadap garis tarikan elektroda sesuai dengan ketentuan (prosedur yang ditetapkan) dan busur serta cairan logam las dapat terlihat secara sempurna oleh operator las. 

Referensi :
Buku Informasi, Membuat Sambungan Las Kampuh (Groove) Sesuai Welding Procedure Specification (WPS) Untuk Pengelasan Pelat Ke Pelat dan Sesuai dengan Proses Las yang digunakan, Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Dan Produktivitas Direktorat Bina Standarisasi Kompetensi Dan Pelatihan Kerja. Tahun 2018

Soal - Soal SMAW dan Jawabannya (2021)


Pilihlah jawaban a, b, c, d, dan e pada pilihan ganda soal berikut :



1. Sumber yang dapat digunakan untuk menyiapkan material pengelasan………..

a. Lembar Informasi
b. Lembar Kerja
c. Lembar Operasi
d. Lembar evaluasi
e. Lembar wawancara



2. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat proses pengelasan…….….
a. Kacamata bening, sarung tangan dan sepatu
b. Kedok las, sarung tangan dan sepatu
c. Sarung tangan, apron dan kacamata bening
d. Kacamata bening, apron dan sepatu
e. Apron, Sarung tangan, Ear muff



3. Peralatan Utama mesin las SMAW diantaranya kecuali…………….
a. Trafo Las
b. Kabel Masa
c. Kabel Elektroda
d. Trafo Las , Kabel Masa
e. Palu Terak, Sikat Kawat


4. Istilah lain untuk las busur metal manual adalah….
a. SMAW
b. GTAW
c. GMAW
d. OAW
e. FCAW

5. Berdasarkan standar AWS dua angka pertama setelah huruf E menunjukkan….

a. Jenis salutan 
c. Kekuatan Tarik minimum
b. Posisi pengelasan
d. Karakteristik elektroda
e. Komposisi Kimia


6. Berdasarkan Standar AWS E6013, angka 3 menunjukan jenis salutan………

a. Cellulose 
c. Low hydrogen
b. Rutile 
d. Iron powder
c. High Titania Potasium


7. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis elektroda adalah…
a. Jenis dan tebal material yang dilas
b. Output mesin las dan tebal material yang dilas
c. Output mesin las dan jenis material yang dilas
d. Tebal dan panjang material yang dilas
e. Mesin las dan lebar material



8. Uji coba peralatan las yang baru selesai dihubungkan/dirangkai diperlukan untuk menjamin…
a. Peralatan dapat berfungsi sesuai spesifikasi
b. Mengetahui alat rusak
c. Efisiensi peralatan lebih tinggi
d. Terjaminnya busur listrik
e. Hasil pengelasan lebih baik



9. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat mengelas….

a. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan jaket kulit
b. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan topi las
c. Kedok/helm las, apron, wearpack dan sepatu las
d. Kedok/helm las, jaket kulit, sarung tangan dan sepatu las
e. Kedok/helm las, apron



10. Jenis dan ukuran elektroda yang sering dipakai..….

a. E 6010 diameter 2,6 mm
b. E 6010 diameter 3,2 mm
c. E 6013 diameter 3,2 mm
d. E 6013 diameter 2,6 mm
e. E 6012 diameter 2,6 mm



11. Besarnya arus listrik yang paling sesuai Diameter Elektroda 2,6 mm….

a. Kurang dari 60 Ampere
b. 60 Ampere s.d 90 Ampere
c. 90 Ampere s.d 120 Ampere
d. 120 Ampere s.d 150 Ampere
e. 40 Ampere s.d 80 Ampere



12. Besarnya sudut pengelasan…

a. 25-60°
b. 45-55°
c. 70-80°
d. 90-110°
e. 80-90°



13. Kabel yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja disebut ….

a. kabel tenaga 
d. kabel benda kerja
b. kabel elektroda 
e. kabel las
c. kabel masa


14. Kabel yang menghubungkan mesin las ke sumber listrik disebut……

a. kabel primer 
d. kabel benda kerja
b. kabel elektroda 
e. kabel las
c. kabel masa



15. Apabila kabel elektroda dipasang pada terminal negatif dan kabel masa dipasang pada terminal positif hal ini disebut dengan ....

a. pengutuban langsung 
d. pengutuban benar
b. pengutuban terbalik 
e. pengutuban senama
c. pengutuban searah



16. Fungsi kedok las adalah ....

a. melidungi mata dari radiasi ultra violet dan infra merah
b. melindungi mata dari percikan bunga api
c. melindungi wajah dari panasnya api las
d. agar dapat melihat benda kerja dengan jelas
e. semua benar


17. Alat untuk menghubungkan kabel masa dengan benda kerja adalah....

a. Tang 
d. klem masa
b. pemegang benda 
e. smet tang
c. pemegang elektroda



18. Di bawah ini yang tidak termasuk alat-alat keselamatan kerja dalam las listrik adalah....

a. sarung tangan 
d. Kamar las
b. apron 
e. Kedok Las
c. sepatu las



19. Klasifikasi elektroda ditulis E XXXX. X ketiga menyatakan ...

a. kekuatan tarik 
d. posisi pengelasan
b. posisi mendatar 
e. jenis selaput
c. posisi bawah tangan



20. Diketahui E6013, angka 1 di sini artinya .....

a. kekuatan mendatar 
d. over head
b. posisi mendatar 
e. semua posisi
c. posisi vertikal



21. Elektroda diameter 2,6 mm sebaiknya menggunakan kuat arus sebesar ….

a. 60 ampere 
d. 85 ampere
b. 70 ampere 
e. 90 ampere
c. 80 ampere



22. Di bawah ini yang bukan termasuk sinar las adalah ....

a. sinar ultraviolet 
d. sinar X
b. sinar infra merah 
e. betul semua
c. sinar las



23. Alat di bawah ini berfungsi sebagai penghubung antara kabel masa dengan benda kerja adalah ....

a. pemegang elektroda 
d. apron
b. klem masa 
e. kedok las
c. smet tang



24. Di bawah ini berfungsi untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las dari jalur las adalah .....

a. sikat kawat 
d. palu konde
b. sikat baja 
e. smet tang
c. palu terak



25. Jika kuat arus yang digunakan (150 – 250) ampere sebaiknya menggunakan kedok las dengan nomor kaca .....


a. 13 
d. 12
b. 10 
e. 14
c. 11



26. Untuk menentukan kuat arus kita harus menentukan, kecuali .....

a. diameter elektroda 
d. cuaca pengelasan
b. tebal bahan 
e. posisi pengelasan
c. jenis elektroda



27. Apabila arus yang digunakan terlalu kecil, mengakibatkan ....

a. penembusan dalam 
d. elektroda melebar terlalu cepat
b. terjadi under cut 
e. rigi-rigi kecil
c. permukaan las lebar



28. Istilah sifat pengutuban juga disebut ….

a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas
e. deformasi
c. overwise



29. Apabila jarak elektroda terlalu jauh terhadap benda kerja maka ….

a. rigi-rigi las kasar 
d. percikan teraknya kasar
b. tembusannya dangkal 
e. percikan teraknya keluar dari jalur las
c. Lebar rigi rigi yang kurang



30. Pada waktu mengelas gerakan elektroda perlu diayunkan, dengan tujuan ...

a. untuk mengatur jarak busur listrik
b. untuk mendapatkan lebar jalur las
c. untuk mendapatkan penembusan
d. untuk mendapatkan penetrasi yang baik
e. untuk mendapatkan arus las yang kecil



31. Berikut ini akibat pergerakan elektroda yang terlalu cepat, kecuali ....

a. perpaduan tambahan dengan bahan dasar yang kurang sempurna
b. penembusan dangkal
c. rigi-rigi kasar
d. lebar rigi-rigi kurang
e. terjadi kerusakan pada sisi lain



32. Untuk mengelas dengan diameter elektroda 3,2 mm sebaiknya menggunakan arus sebesar ......

a. 40 ampere 
d. 100 ampere
b. 60 ampere 
e. 120 ampere
c. 80 ampere



33. Pengelasan pendek-pendek yang berfungsi sebagai pengikat juga disebut ....

a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas 
e. deformasi
c. overwise



34. Diketahui E6013, angka 3 di sini artinya ....

a. kekuatan mendatar 
d. over head
b. posisi mendatar 
e. Jenis salutan
c. posisi vertikal


35. Sedangkan posisi kawat las membentuk sudut .... ternadap permukaan benda kerja.

a. 80º-90º 
d. 40º-50º
b. 70º-80º 
e. 30º-40º
c. 60º-70º



36. Istilah termakannya benda kerja oleh elektroda disebut cacat las ….
a. under cut 
d. tackweld
b. polaritas 
e. deformasi
c. overwise



37. Alat di bawah ini berfungsi sebagai penghubung antara kabel elektroda dengan elektroda adalah ....

a. Holder Las 
d. apron
b. klem masa 
e. kedok las
c. smet tang



38. Berdasarkan Standar AWS E6012, angka 2 menunjukan jenis salutan………

a. Cellulose potasium 
c. Low hydrogen
b. Rutile 
d. Iron powder
c. High Titania Potasium


39. Apabila kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel masa dipasang pada terminal negatif hal ini disebut dengan ....

a. pengutuban langsung 
d. pengutuban benar
b. pengutuban terbalik
e. pengutuban senama
c. pengutuban searah



40. Bila terjadi hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda disebut.

a. DCSP 
d. pengutuban benar
b. DCRP 
e. DCEN
c. pengutuban searah



Polaritas Pengelasan : Kinerja Elektroda pada Las Busur

POLARITAS - digunakan untuk menggambarkan koneksi listrik pada elektroda dalam kaitannya dengan terminal sumber tenaga. Dengan arus searah (DC), ketika elektroda dihubungkan ke terminal positif, yaitu polaritas ditetapkan sebagai elektroda arus searah positif  (DCEP). Saat elektroda dihubungkan ke terminal negatif, polaritasnya ditetapkan sebagai polaritas langsung elektroda arus negatif (DCEN). Saat bergantian arus (AC) digunakan, polaritas berubah setiap setengahnya siklus 50 atau 60 Hz.
Polaritas

GMAW sebagian besar menggunakan DCEP

Sebagian besar aplikasi pengelasan busur logam gas (GMAW) menggunakan DCEP. Kondisi ini menghasilkan busur yang stabil, transfer logam halus, percikan yang relatif rendah, bagus karakteristik manik las dan penetrasi dalam untuk berbagai arus pengelasan. Berbeda dengan DCEN, ukuran tetesan cair cenderung meningkat dan perpindahan tetesan tersebut menjadi tidak teratur sehingga bertambah besar percikannya. Namun beberapa kawat tertentu memiliki keunikan tersendiri komposisi kimia telah dikembangkan secara khusus untuk DCEN, yang menawarkan kinerja luar biasa pada lembaran galvanis. Mencoba menggunakan AC konvensional umumnya tidak berhasil karena busur yang tidak stabil di GMAW. Namun, inverter canggih dan digital Teknologi kontrol telah mengembangkan GMAW  sumber daya  AC untuk lembaran logam.


SMAW adalah proses pengelasan paling serbaguna dalam hal polaritas

Berbagai macam fluks pelapis untuk ditutupi elektroda memungkinkan proses SMAW menjadi yang terbaik serbaguna dalam hal polaritas. Mayoritas tercakup elektroda menggunakan AC atau DCEP. Beberapa elektroda khususnya E6013, E6019 dan E7024 menawarkan kinerja yang baik dengan AC, DCEP atau DCEN. Sebaliknya, tipe selulosa tinggi elektroda seperti E6010, E7010, dan E8010 untuk pipa pengelasan dirancang untuk digunakan dengan DCEP hanya untuk transfer tetesan yang lebih halus. Tipe rendah karbon Cr-Mo elektroda seperti E7015, dan E8015juga dirancang untuk digunakan hanya dengan DCEP, untuk performa yang lebih baik. Beberapa elektroda tertentu untuk baja berkekuatan tinggi dan untuk baja suhu rendah disarankan untuk menggunakan AC saja untuk menjamin persyaratan yang ketat untuk kekuatan dan dampak ketangguhan logam las dalam fabrikasi.


Polaritas GTAW

Pengelasan TIG menggunakan polaritas DCEN untuk menghasilkan penetrasi yang dalam pada baja dan menggunakan sumberdaya AC untuk kapasitas elektroda yang baik dan tindakan pembersihan oksida pada paduan alumunium.


Polaritas pada SAW

Kombinasi khusus dari kawat dan fluks menentukan pilihan AC, DCEP atau DCEN pada SAW. Dengan DCEP, rasio konsumsi fluks (rasio jumlah terak dengan jumlah logam yang disimpan) lebih tinggi dari pada AC sekitar 10-30% tergantung pada jenisnya aliran. Akibatnya, komposisi kimianya demikian sifat mekanik logam las bisa dipengaruhi oleh polaritas, meskipun tingkat efeknya tergantung pada jenis fluksnya. Inilah sebabnya mengapa memilih dengan hati-hati Kombinasi kawat dan fluks perlu diperhatikan memperhitungkan polaritas sumber daya yang akan digunakan ketika persyaratan kualitas untuk logam las ketat. Tabel di bawah menunjukkan contoh pengaruh polaritas komposisi kimia dan sifat mekanik logam las. Dalam hasil tes ini, perbedaan yang mencolok adalah dikenali dalam karbon, oksigen, 0,2% PS, TS dan IV antara AC dan DCEP.


Tabel Pengaruh Polaritas

Contoh efek polaritas dalam SAW menggunakan fluks tipe fusi dan kawat solid untuk baja ringan dan tinggi 490N / mm2 baja kekuatan (seperti kondisi dilas).


Sumber Referensi

"Tanya Jawab - How Polarity Affects Electrode Performance in Arc Welding", KOBELCO Welding Today

Mengelas Besi Cor (Welding Cast Iron)

Besi tuang terdiri dari paduan besi dengan kandungan karbon 2-5%, kandungan silikon 1-3% dan mangan hingga 1%. Besi cor menunjukkan keuletan yang rendah, kekerasan yang rendah dan kekuatan yang rendah umumnya bahan yang sangat rapuh. Untuk memperbaiki sifat ini, besi cor sering dicampur atau diperlakukan dengan menggunakan pemanasan.

Jenis besi cor yang banyak digunakan saat ini adalah:
  • besi abu-abu
  • besi nodular
  • besi lunak
  • besi grafit yang dipadatkan
  • besi putih
Kandungan karbon yang tinggi sangat mempengaruhi kemampuan lasnya. Karena berbagai sifat besi cor, kemampuan las bervariasi. Beberapa tipe dapat dengan mudah untuk di las, yang lain tidak bisa di las. Semua jenis besi di atas bisa untuk di las, terlepas dari besi putih karena kerapuhannya yang ekstrim.


Elektroda Besi Cor

Jenis Elektroda Nikel Murni

Sebagai pedoman, besi tuang dilas dengan elektroda nikel murni. Nikel memiliki kemampuan untuk menyerap lebih banyak karbon tanpa mengubah sifatnya sendiri. Itu ekspansi bersama Nikel dan besi  cor karena panas adalah sebanding. Nikel lebih ulet dibandingkan bahan pengisi lain untuk pengelasan besi tuang dan sangat mudah untuk dikerjakan, digunakan untuk mengisi rongga, perbaikan umum yang membutuhkan kekerasan sekitar 150HB. Tidak direkomendasikan untuk besi dengan kandungan sulfur tinggi dan fosfor.

Jenis Elektroda Besi Nikel

Untuk mendapatkan kekuatan yang lebih tinggi, elektroda besi-nikel dapat digunakan untuk menyambung besi cor dan besi cor menjadi baja. Karena kandungan besi dari logam las, ada sedikit peningkatan kekerasan logam las, dibandingkan dengan logam las nikel murni. Logam las bisa dikerjakan dengan mesin. Jenis besi-nikel lebih toleran terhadap pengenceran dengan sulfur dan fosfor daripada jenis nikel murni.

Jenis Elektroda Nikel-Tembaga

Jika logam las warna senada diperlukan, jenis nikel-tembaga cocok. Logam las mudah dikerjakan.


Jenis Elektroda Baja yang tidak dilapisi

Jenis elektroda ini dapat digunakan untuk pekerjaan non-kritis dan saat tidak diperlukan pemesinan.


Persiapan Sambungan Untuk Besi Tuang

  • Sudut sambungan harus lebih lebar dari pada baja ringan
  • Semua ujung yang tajam harus dibulatkan
  • U-groove umumnya lebih disukai
  • Retakan harus dibuka sepenuhnya untuk memungkinkan aksesibilitas
  • Untuk perbaikan retak, buat lubang kecil di setiap ujung retakan, lihat gambar di bawah.

Prosedur untuk memperbaiki retakan (Crack)


Karena besi cor memiliki struktur metalurgi berpori, sehingga bisa menyerap minyak dan cairan yang mempengaruhi kemampuan las dan karenanya harus dilepas sebelum pengelasan. Untuk membakar cairan ini, diperlukan pemanasan. Namun, dalam banyak kasus, memang demikian tidak mungkin, karena bentuk benda atau karena keterbatasan waktu.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan elektroda gouging. Sangat baik untuk persiapan perbaikan pada besi tuang karena bisa mengeringkan dan membakar kotoran / grafit di permukaan dan dengan demikian berkurang resiko retak dan porositas saat pengelasan. Dengan penggerindaan normal, kotoran dan grafit pada besi cor menempel di sepanjang alur dan dapat menyebabkan masalah saat pengelasan.

Pada beberapa lasan, teknik mengoleskan mentega (Buttering Technique) akan bermanfaat. Artinya itu satu atau kedua permukaan yang akan dilas dilapisi sebelum disambung, Gambar 1 dan 2. Teknik tersebut digunakan untuk menghindari terbentuknya fasa getas. Tegangan kontraktional dari pendinginan logam las pada manik-manik berikutnya akan lebih besar efeknya pada keuletan lapisan mentega  daripada kegetasan HAZ pada bahan dasar.


Gbr. 1 Teknik Buttering


Gbr. 2 Teknik Buttering dengan Multilayer

Pengelasan Dingin Besi Cor

Sebagian besar perbaikan besi tuang dilakukan dengan menggunakan SMAW dan saat ini teknik pengelasan dingin terutama digunakan dengan prosedur berikut :
  • Pengelasan dengan manik-manik stringer pendek (20–30 mm) tergantung ketebalan
  • Gunakan elektroda berdiameter kecil dan las dengan ampere rendah
  • Suhu antara harus dijaga di bawah 100 ° C setiap saat
  • Peen permukaan las dengan alat bulat langsung setelah pengelasan

Sumber Referensi 

  • Repair and Maintenance Welding Handbook (Second Edition), Penerbit : Esab AB GÖTEBORG – SWEDEN.


Pengelasan Sambungan T (Posisi 1F dan 2F) Menggunakan SMAW


Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari dan berlatih tugas ini, peserta diharapkan mampu mengelas sambungan  T tiga jalur pada pelat posisi di bawah tangan (flat) menggunakan SMAW dengan memenuhi  kriteria : 

  • Tebal jalur 6 mm 
  • Bentuk jalur rata atau cembung 
  • Beda permukaan jalur maks. 0,5 mm 
  • Tidak terjadi overlap 
  • Undercut maksimal 0,5 mm 
  • Keropos maks. 4mm2 . 
  • Lack of fusion 0% 

Alat dan Bahan

Alat

  • Seperangkat mesin SMAW 
  • Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja SMAW 
  • Satu set alat bantu SMAW. 

Bahan

  • Pelat baja lunak 2 pcs ukuran 80 x 200 x 5 mm dan 50 x 200 x 5 mm  
  • Kawat elektroda AWS E.6013 diameter 2,6 mm

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11). 
  2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir. 
  3. Pakailah pakaian kerja dan / atau jaket las yang aman dan sesuai. 
  4. Yakinkan bahwa sirkulasi udara di tempat kerja cukup baik ( operasikan sistem pengisap/ sirkulasi udara ) 
  5. Gantilah kaca filter jika sudah rusak. 
  6. Ikuti langkah kerja secara benar 
  7. Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan. 
  8. Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan pekerjaan. 


Gambar Kerja

Sambungan T Posisi 1F






Sambungan T Posisi 2F





Langkah Kerja

  1. Siapkan peralatan SMAW dan alat-alat bantu. 
  2. Siapkan bahan las ukuran 2 pcs ukuran 80 x 200 x 5 dan 50 x 200 x 5 mm 
  3. Atur besar arus las antara 70 – 90 A 
  4. Lakukan las catat pada kedua ujung sambungan, serta tempatkan benda kerja pada posisi di bawah tangan ( bentuk T sudut 45 derajat ). 
  5. Lakukan pengelasan pada jalur pertama dengan posisi sudut elektroda antara 75 – 85 derajat arah maju dan sudut 90 derajat terhadap bidang rata pengelasan.  
  6. Periksakan hasil las pada pembimbing sebelum melanjutkan pada jalur berikutnya. 
  7. Lakukan menyetelan kembali pada mesin las (jika diperlukan) dan lihat kriteria hasil las yang perlukan. 
  8. Lakukan pengelasan pada jalur kedua dengan posisi sudut elektroda antara 75 – 85 derajat arah mundur dan sudut 60 - 70 derajat terhadap bidang rata pengelasan. 
  9. Lakukan pengelasan jalur ketiga dengan metode yang sama dengan jalur kedua. 
  10. Lanjutkan pengelasan pada sisi ke dua sampai selesai, dan bertanyalah pada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang dipahami, terutama tentang teknik pengelasannya. 
  11. Bersihkan dan dinginkan benda kerja . 
  12. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa. 
  13. Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan. 

Video berikut menjelaskan tentang mengelas 1F menggunakan proses SMAW, semoga tidak membosankan dan ada manfaat yang bisa di ambil.


Mengelas SMAW Posisi 1F





Mengelas SMAW Posisi 2F





Sumber Referensi 

  • "DASAR LAS MIG-MAG/ GMAW (Basic Gas Metal Arc Welding)" Penerbit : Indonesia Australia Partnership for Skills Development, Batam Institutional Development Project, Tahun 2001.
  • "Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sub-Sektor Industri Barang Dari Logam Sub Bidang Pengelasan", Penerbit : Kemenaker RI, Tahun : 2018.

Simbol Pengelasan Sambungan Fillet dan Sisi

Las Fillet dan Sisi, Backing Run, Las Alur dan Bevel, dan Las Plug atau Slot

  • Gambar 1 mengilustrasikan las pengisi. Kecuali ditentukan lain, panjang kaki (Leg Lenght) biasanya sama.

Gbr 1. Ilustrasi dan Simbol Las Fillet


  • Gambar 2 menunjukkan lasan sisi. Simbol ISO dan AWS adalah cukup mirip dan digambar di atas dan di bawah garis referensi masing-masing, keduanya menunjukkan lasan di sisi panah. Namun, tidak ada kemungkinan kebingungan karena lasan tepi hanya bisa disimpan di satu sisi.

Gbr 2. Ilustrasi dan Simbol Las Sisi



  • Gambar 3 menunjukkan backing run atau las. Ini bukan pengelasan satu sisi, karena simbol ini tidak digunakan sendiri. Itu disimpan di sisi berlawanan dari sambungan ke lasan utama, jadi kedua sisi harus dapat diakses.
Gbr 3. Ilustrasi dan Simbol Las Backing Run/Backing


  • Standar AWS menyertakan simbol untuk flare-V-groove dan flare- pengelasan bevel-groove. Las flare-V-groove, ditunjukkan pada Gambar 4, adalah lasan dalam alur yang dibentuk oleh dua bahan dengan permukaan melengkung. Las flare-bevel-groove, yang ditunjukkan pada Gambar 5, adalah las dalam alur dibentuk oleh bahan dengan permukaan melengkung yang bersentuhan dengan planar. Aplikasi paling umum untuk pengelasan ini adalah di pengelasan batang penguat.


Gbr 4. Ilustrasi dan Simbol Las Flare V Groove




Gbr 5. Ilustrasi dan Simbol Las Flare Bevel Groove

  • Gambar 6 menunjukkan las plug atau slot, yang berbentuk lingkaran atau lubang memanjang diisi penuh dengan logam las. Ukuran lubang harus dibatasi untuk menghindari distorsi yang berlebihan.

Gbr 6. Ilustrasi dan Simbol Las Plug atau Slot


Lokasi Simbol Las Fillet

Seperti pada pengelasan butt, simbol las untuk pengelasan fillet terletak di garis referensi terhubung ke panah yang menunjuk ke salah satu sisi bersama. Dalam sistem ISO, simbol las di sisi panah adalah ditempatkan pada garis kontinu dan simbol las di sisi lain ditempatkan pada garis putus-putus. Di sistem AWS, simbol untuk las di sisi panah ditempatkan di bawah garis kontinu tunggal dan simbol las di sisi lain ditempatkan di atas garis. Hal ini diilustrasikan pada Gambar 7-10 untuk sambungan-T dan sambungan di mana dua pelat datar berada dilas ke pelat datar lain di sudut kanan dan pada sumbu yang sama.

  • Gambar 7 menunjukkan tampilan akhir sambungan-T dengan satu fillet las. Bentuk pengelasan biasanya tidak ditampilkan pada gambar teknik.

Gbr 7. Simbol Las Sambungan T (Fillet)


  • Gambar 8, menunjukkan Kedua lasan berada pada sambungan yang berbeda, yaitu tidak membentuk las fillet ganda. Oleh karena itu, dua panah terpisah diperlukan untuk menunjukkan dua pengelasan fillet tunggal.

Gbr 8. Simbol Las Fillet


  • Pada Gambar 9 ada las fillet ganda di sebelah kiri penampang dan satu las fillet di sisi kanan. Simbol lasan pengisi selalu ditarik dengan kaki tegak di sebelah kiri.

Gbr 9. Simbol Las Fillet Ganda



  • Untuk sambungan pada Gambar 10, kebutuhan untuk menunjukkan dua simbol, satu di setiap sisi anggota vertikal, dapat dihindari dengan penggunaan lebih banyak dari satu garis panah. Praktik ini tidak secara khusus diizinkan di ISO 2553 tetapi di AWS A2.4-98 dinyatakan bahwa dua atau lebih panah dapat digunakan dengan satu garis referensi untuk menunjuk ke lokasi di mana lasan yang identik ditentukan.

Gbr 10. Simbol Las Fillet

Latihan ini harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari menggambar dengan minimal simbol las dan banyak garis panah berselang-seling melintasi gambar.


Sumber Referensi 

  • "Welding symbols on drawings" Penerbit : Woodhead Publishing Limited, Abington Hall, Abington Cambridge CB1 6AH, England,  Tahun 2005.

Simbol Pengelasan Sambungan Tumpul (Butt/Groove Weld)

Las Sambungan Tumpul (Butt atau Groove Weld)

Simbol pengelasan sambungan tumpul (butt / groove) ditunjukkan pada gambar - gambar di bawah ini. 

  • Gambar 1 mengilustrasikan las butt / groove V tunggal, yang merupakan bentuk yang paling umum dari persiapan tepi untuk jenis pengelasan ini.

Gambar 1



Simbol Las V Tunggal


  • Gambar 2 menunjukkan las alur persegi. Lasan ini terbatas pada ketebalan bahan tergantung pada proses pengelasan  yang digunakan. Jika pendukung strip digunakan, maka ketebalan bahan bisa meningkat.


Gambar 2



Simbol Las Alur Persegi



  • Gambar 3 menunjukkan las bevel butt / groove. Tepi ini persiapan biasanya digunakan jika hanya memungkinkan untuk menyiapkannya tepi bagian yang berdampingan.


Gambar 3



Simbol Las Alur Bevel Tunggal


  • Gambar 4 mengilustrasikan las butt / groove U tunggal, yaitu digunakan untuk membatasi jumlah logam las yang dibutuhkan, pada tebal bahan lebih dari 12mm.


Gambar 4



Simbol Las Alur U Tunggal



  • Gambar 5 menunjukkan las butt / groove J tunggal. Lasan ini digunakan untuk membatasi jumlah logam las yang dibutuhkan di bagian yang lebih besar tebal lebih dari 16mm jika hanya memungkinkan untuk menyiapkan satu tepinya bagian yang berdampingan.

Gambar 5

Simbol Las Alur J Tunggal



  • Gambar 6 menggambarkan las tumpul (butt) antara pelat dengan sisi terangkat (ISO) atau Las Sisi pada flanged groove joint (AWS). 



Gbr 6. Las Alur Sisi



Simbol Las Alur Sisi

  • Gambar 7 dan 8 menunjukkan las V tunggal dan las bevel tunggal dengan lebar permukaan akar. Simbol-simbol ini termasuk dalam ISO 2553 tetapi tidak di AWS A2.4–98. Dimensi permukaan akar ditentukan dalam ISO 9692: 1992. Permukaan akar 2–3mm ditentukan untuk ketebalan bahan 5–40 mm, sedangkan untuk pengelasan butt single-V Gbr. 1 maksimum permukaan akar 2 mm digunakan untuk ketebalan 3–10 mm. 

Gbr 7. Las Alur V Tunggal dengan Permukaan Akar Las


Simbol Las Alur V Tunggal dengan Permukaan Akar Las





Gbr 8. Las Alur bevel tunggal dengan permukaan akar las




Simbol Las Alur bevel tunggal dengan permukaan akar las


Lokasi Simbol Las Butt/Groove

  • Gambar 9 - 11 menunjukkan lokasi simbol pengelasan butt / groove. Untuk pengelasan butt single-V yang ditunjukkan pada Gambar 9, simbol pengelasan terletak di garis referensi yang terhubung ke panah menunjuk ke satu sisi sambungan. Panah bisa menunjuk ke lasan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9, atau penampang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.

Gbr 9



Gbr. 10


  • Gambar 11 menunjukkan las butt / groove bevel tunggal di mana garis panah menunjuk ke tepi sambungan yang akan disiapkan dengan bevel. Standar AWS menetapkan bahwa hanya ada satu tepi sambungan untuk dipersiapkan, seperti pada las kemiringan tunggal atau alur-J, garis panah harus digambar dengan jeda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11, dengan panah menunjuk ke tepi yang di bevel. Garis panah tidak perlu dibengkokkan jika sudah jelas yang mana tepi sambungan harus miring atau jika tidak ada preferensi untuk itu sisi mana yang harus disiapkan.

Gbr. 11




Sumber Referensi 

  • "Welding symbols on drawings" Penerbit : Woodhead Publishing Limited, Abington Hall, Abington Cambridge CB1 6AH, England,  Tahun 2005.



Elektroda Las Busur Manual (Logam Pengisi)

Pemilihan logam pengisi las berupa elektroda las / filler metal electrode sebagai logam pengisi dalam proses pengelasan sangat berpengaruh dalam menentukan mutu hasil pengelasan, begitu juga fluks dan gas sebagai pelindung (shielding). Berkaitan dengan sifat mekanis logam las yang dikehendaki maka apabila salah dalam pemilihan akan menyebabkan kegagalan pengelasan.

Pada proses SMAW, logam pengisi yang digunakan di sebut dengan elektroda berselaput (Elektroda Terbungkus), yang terdiri dari bagian :
  • Kawat inti (core wire rod) yang berfungsi sebagai logam pengisi.
  • Coating (pembungkus) berupa fluk berfungsi sebagai pelindung pada proses pengelasan dan pada saat penyimpanan.

Konstruksi Elektroda Terbungkus


Kawat Inti

Kawat inti yang berfungsi sebagai logam pengisi ini terbuat dari bahan logam yang disesuaikan dengan logam induk yang akan di las, bisa mild steel, low carbon steel, alloy steel dll. Yang mempunyai ukuran diameter antara 1,2 ÷ 6 mm dengan panjang antara 250 ÷ 450 mm. Komposisi kimia dari kawat inti ini cukup berpengaruh terhadap sifat mekanis dari logam las yang terbentuk, dan yang paling berpengaruh terhadap sifat mekanik logam las ini adalah material dari coating (pembungkus) yaitu fluksnya. 

Pembungkus/Salutan (Coating)

Dalam proses pengelasan, pembungkus elektroda ini akan terbakar dan membentuk terak (slag) cair yang kemudian membeku sehingga melindungi logam las dari pengaruh atmosfir atau mencegah terhadap kontaminasi dari udara sekitarnya. Jika pengelasan busur dilakukan dengan elektrode telanjang, elektrode akan menempel pada logam induk, menghalangi penyalaan busur atau menyebabkan busur mati. Hal ini menghasilkan rigi yang tidak teratur dan lubang-lubang cacing.

Klasifikasi dan Kodefikasi Elektroda SMAW

Menurut Klasifikasi sistem Amerika ( A W S ) 
Misal : 
  •  AWS  A5.1 , ASTM 233 untuk Mild Steel 
  •  AWS  A5.5 , ASTM 316 untuk Low Alloy Steel 


Arti Simbol Standar


  • E 60 XX : Kuat tarik logam las 60.000 psi 
  • E 70 XX : Kuat tarik logam las 70.000 psi 
  • E XX 10 : Semua posisi, DC EP, Selulosa, penetrasi dalam 
  • E XX 11 : Semua posisi, AC, DC EP, Selulosa 
  • E XX 12 : Semua posisi, AC, DC EN, Rutile 
  • E XX 13 : Semua posisi, AC, DC, Rutile 
  • E XX 14 : Semua posisi, AC, DC, Iron Powder Rutile 
  • E XX 15 : Semua posisi, DC EP, Basic Hydrogen Rendah 
  • E XX 16 : Semua posisi, AC, DC EP, Basic Hydrogen Rendah + garam potasium 
  • E XX 18 : Semua posisi, AC, DC EP, Basic Hidrogen Rendah + 30% Serbuk besi 
  • E XX 20 : Posisi F,H, AC, DC EN, Mineral + oksida besi / Silikat 
  • E XX 24 : Posisi F,H, AC, DC, Typical Mineral, Rutile, Serbuk besi 
  • E XX 27 : Posisi F,H, AC, DC EN, Mineral + Serbuk besi 
  • E XX 28 : Posisi F,H, AC, DC EP, Hydrogen Rendah, Basic + 50% Serbuk  besi 
  • E XX 30 : Posisi F only, Mineral + Serbuk besi / Silikat 
  • E XX 48 : Khusus Vertikal turun, AC, DC EP, Kalium Hydrogen Rendah, Serbuk besi 

Penyimpanan Elektroda Las 

Oven elektroda dipergunakan untuk penyimpanan. Penyimpanan elektroda untuk mendapatkan hasil las yang baik adalah : 
  • Disimpan ditempat kering, terutama untuk low hydrogen basic elektrode 
  • Pengepakan dari pabrik sebagai proteksi untuk menghindari pengaruh humidity harus baik 
  • Elektroda yang mempunyai humidity > 50% diharuskan disimpan di oven (sesuai dengan rekomendasi pabrik) 
  • Elektroda hydrogen rendah sangat kritis dan sangat mudah menyerap kelembaban 
  • Jika container / pack dibuka, hanya untuk digunakan periode 8 jam, apabila masih ada sisa harus disimpan di oven dengan temperatur 300 – 350 derajat C selama 2 jam 
  • Jika container dibuka, elektroda basic harus disimpan pada oven dengan temperatur 100 – 150 derajat C selama minimum 4 jam 
  • Ruang penyimpanan elektroda basic harus dikontrol dengan humidity < 50% Electrode selulosa tidak harus selalu di oven (rebaking), karena mempunyai level kelembaban 3 ÷ 7%, sehingga tidak mempunyai efek dalam proses las.

Sumber Referensi 

  • "Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sub Bidang Pengelasan SMAW", Penerbit : Depnakertrans RI, Tahun 2009.