Soal - Soal Teknik Pengelasan



  • Angka 6 pada gambar simbol pengelasan di atas menunjukkan ........
a. Lebar lasan 6 mm
b. Panjang kaki las 6 mm
c. Tinggi lasan 6 mm
d. Panjang lasan 6 mm
e. Jarak lasan 6 mm

  • Agar menghasilkan pengelasan yang baik dan sempurna, langkah — langkah apa yang perlu dilakukan ?
a. Memiliki peralatan yang serba baru
b. Prosedur pengelasan yang tepat dan benar
c. Memilih yang akan dilas sesuai dengan elektrodenya
d. Mencari tempat yang lapang agar memudahkan pengelasan
e. Mengeringkan elektrode dalam kamar pemanas

  • Apa yang terjadi bila waktu pengelasan ayunan elektrode terlalu melebar ?
a. Porosity
b. Slag inclusion
c. Under cut
d. Penetrasi kurang
e. Crack

  • Alur las terlalu lebar bila dibanding dengan tebal plat, hal ini disebabkan oleh .........
a. Arus terlalu rendah
b. Jarak elektrode terlalu tinggi
c. Jarak elektrode terlalu nempel
d. Kecepatan megelas terlalu tinggi
e. Kecepatan mengelas terlalu lambat

  • Porosity adalah cacat las berupa lubang — lubang kecil yang tampak pada permukaan penampang las, biasanya disebabkan oleh hal — hal berikut kecuali ........
a. Elektrode basah
b. Kampuh kotor
c. Arus terlalu besar
d. Udara sewaktu mengelas terlalu basah
e. Gas yang berasal dari galvanisasi

  • Apabila stang elektrode dihubungkan dengan kutub negatif, maka mesin las ini diseting dengan polaritas
a. Lurus 
d. Bolak - balik
b. Searah 
e. Naik
c. Balik

  • Apabila daerah pinggir lasan termakan busur las dan tidak terisi oleh logam las, hal ini dinamakan cacat las ........
a. Overlap
d. Porositas
b. Pin hole
e. Cracking
c. Under cut

  • Kode posisi las untuk sambungan sudut posisi horizontal adalah .......
a. 1 - F
d. 4 - F
b. 2 - F
e. 5 - F
c. 3 - F

  • Elektrode jenis low hydrogen sebelum dipakai harus dioven dengan temperatur ........
a. 100 C
b. 2000 C
c. 350 C
d. 4500 C
e. 5000 C

  • Yang dimaksud las elektrode terbungkus adalah ........
a. Busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektrode karena panas
    dari busur ini maka logam induk dan ujung elektrode mencair dan kemudian
    membeku bersama
b. Pemantap busur dan penyebab kelancaran pemindahan butrir — butir cairan logam
c. Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap udara
d. Elektrode las yang ada di pasaran biasanya dibungkus dengan campuran bahan — bahan fluks
e. Busurnya ditimbulkan dengan menggunakan listrik arus AC


  • Busur listrik timbul antara batan wolfram dan logam induk dan dilindungi oleh gas argon disebut ........
a. Las MIG
b. Las TIG
c. Las busur rendam
d. Las gaya berat
e. Las busur listrik

  • Cara mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks dan logam pengisi berupa kawat pejal diumpankan terus menerus disebut .........
a. Las SMAW
d. Las GTAW
b. Las GMAW
e. Las SAW
c. Las OAW

  • Apa pengertian dari elektrode seri E 7016 ?
a. Kekuatan tarik min. 70 psi
b. Kekuatan tarik min. 7000 psi
c. Kekuatan tarik maks. 7000 psi
d. Kekuatan tarik min. 70.000 psi
e. Kekuatan tarik maks. 70.000 psi

  • Elektrode dihubungkan pada terminal positif dan benda kerja dihubungkan pada terminal negatif disebut pengkutuban .........
a. Pengkutuban langsung dengan arus DC
b. Pengkutuban terbalik dengan arus DC
c. Pengkutuban langsung dengan arus AC
d. Pengkutuban terbalik dengan arus AC
e. Sirkuit las busur dengan elektrode negatif

  • 7. Untuk menentukan besarnya arus yang digunakan dalam pengelasan adalah ........
a. Sesuai ketebalan plat yang digunakan
b. Sesuai dengan ukuran diameter elektrode
c. Sesuai dengan kapasitas mesin las
d. Sesuai dengan besarnya kabel las
e. Sesuai dengan posisi pengelasan

  • Apa akibat penggunaan arus terlalu rendah dalam mengelas :
a. Busur listrik tidak stabil
b. Terlalu banyak tumpukan las
c. Penembusan kurang baik
d. Terak sukar dibersihkan
e. Semua jawaban benar

  • Arti huruf G pada posisi pengelasan 1G, 2G, 3G, 4G adalah ........
a. Good
d. Grade
b. Groove
e. Gouge
c. Gap

  • Porosity adalah cacat las berupa lubang kecil yang tampak pada permukaan penampang las, hal tersebut terjadi karena ........
a. Ayunan elektrode terlalu cepat
b. Ayunan elektrode terlalu besar
c. Karena elektrode basah dan kotoran pada permukaan yang akan dilas
d. Amper terlalu besar
e. Percikan logam pengisi mendahului busur las

  • Apa yang terjadi bila waktu pengelasan pemakaian arus terlalu besar dan anyunan elektrode yang terlalu pendek :
a. Under cut
d. Slag Unclution
b. Porosity
e. Penetrasi kurang
c. Crack

Melakukan Pengujian Dye Penetrant

Tipe dan Metode Penetrant Test


1. System Water Washable Fluorescent Penetrant

Dalam sistem ini pembersihan dilakukan dengan menggunakan air. Penetran terdiri dari minyak untuk penetrasi, zat warna, zat pengemulsi dan zat penyetabil.
Keuntungannya sebagai berikut :
  • Indikasi mudah dilihat dan terang sekali
  • Mudah dan ekonomis, sekali dilapiskan langsung dicuci
  • Cepat terutama untuk benda uji kecil
  • Baik digunakan untuk permukaan kasar
Kerugian sebagai berikut :
  • Kurang baik untuk mendeteksi cacat yang dangkal
  • Tidak baik bila pencucian berlebih
  • Mudah berubah oleh kontaminan, terutama air
  • Sensitivitas dipengaruhi oleh asam, terutama asam dan senyawa cromat
  • Bila benda uji tidak boleh kena air, sistem tidak dipakai
  • Pemeriksaan harus menggunakan sinar ultraviolet di ruang gelap
Procces Water Washable Fluorescent Penetrant

2. System Post Emulsified Fluorescent Penetrant

Dalam sistem ini pembersihan dilakukan juga dengan air. Penetran tidak mengandung zat pengemulsi. Zat pengemulsi dilapiskan setelah penetran masuk ke dalam celah. Tanpa melapiskan zat pengemulsi, Penetran tidak dapat dibersihkan dari permukaan benda uji.

Keuntungan :
  • Dapat digunakan untuk mendeteksi cacat terbuka yang dangkal
  • Sensitivitas tinggi walaupun cacatnya halus
  • Konsentrasi zat warna tinggi -> hasil lebih jelas
  • Waktu penetrasi pendek
  • Asam dan senyawa kromat tidak mengganggu sensitivitas
Kerugian :
  • Sistem dilakukan dalam dua tahap sebelum pembersihan akhir, jadi lebih lama
  • Selisih waktu antara pelapisan penetran dan emulsifier sangat kritis
  • Benda uji seperti ulir sukar dicuci karena emulsifier tdk dapat mencapai celah yang sempit
  • Lebih mahal

Procces Post Emulsified Fluorescent Penetrant

3. System Solvent Removable Fluorescent and Nonfluorescent Penetrant

Sistem ini sebaiknya dipakai bila metoda water washable tidak dapat digunakan, karena kelebihan penetran dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
  1. Benda uji dilap dengan lap bersih dan kering,
  2. Dilap dengan solven.
Sistem solvent removable sangat menguntungkan untuk spot test.

Procces System Solvent Removable Fluorescent and Nonfluorescent Penetrant

Prosedur Dalam Melakukan Penetrant Test

1. Pre-Cleaning

Hal - hal yang harus dilakukan pada tahapan Pre Cleaning, yaitu :
  • Detergen
  • Solvent
  • Vapour Degresing
  • Larutan pembuang kerak
  • Pembuang/pengupas cat
  • Pembersih ultrasonik
  • Blasting
  • Pembakaran
  • Pengeringan setelah pembersihan

Mengupas Cat

Blasting

2. Aplikasi Cairan Penetrant

Hal - hal yang harus dilakukan pada tahapan Aplikasi Cairan Penetrant, yaitu :
  • Pencelupan (dipping)
  • Penyemprotan (Spraying)
  • Pemulasan
  • Penyemprotan elektrostatik
Temperatur penetrant dan permukaan yang akan diuji harus berada di antara 5˚C – 52˚C selama pengujian berlangsung.

Pencelupan

Penyemprotan

Pemulasan

Penyemprotan Elektrostatik

3. Pembersihan Kelebihan cairan Penetrant

Hanya bagian kecil penetran dapat masuk ke dalam cacat sehingga ada sisa penetran yang terdapat pada permukaan. Sisa penetran yang terdapat dipermukaan harus dibersihkan sehingga hanya cairan penetran yang berada pada celah (cacat).

Di lap dengan kain

Di semprot dengan air

4. Aplikasi Developer

Developer berfungsi menyedot cairan yang terdapat dalam celah sehingga akan timbul indikasi pada lapisan developer. Indikasi ini akan menunjukkan adanya cacat.

Tiga macam developer :
  1. Developer basah
  2. Developer kering
  3. Developer Basah non aquaeos
Developer basah

Developer Kering


5. Inspeksi Visual

Inspeksi hasil uji penetrant fluorenscent:
  • Panjang indikasi menunjukkan panjang cacat
  • Lubang kecil akan menghasilkan indikasi berupa titik
  • Retakan akan menghasilkan indikasi garis
uji penetrant fluorenscent:

Inspeksi hasil uji penetran non fluorenscent:
  • Indikasi berwarna merah menunjukkan adanya cacat
uji penetran non fluorenscent

Prosedur Kerja Penetrant Test

Benda Uji

Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut :
  • Permukaan yang akan diperiksa, harus bersih dari kotoran, debu, grease atau lainnya, yang mungkin menyumbat/menutup celah, minimal berjarak 25 mm (kiri-kanan) Material yang akan di check /PT tidak oleh di Blasting lasannya.
  • Pergunakan bahan-bahan penetran sesuai dengan prosedur.
  • Bersihkan daerah yang dicheck, semprotkan cleaner, dan ditunggu sampai kering dengan sendirinya, pengeringan kurang lebih 5 menit.
  • Selama pengecekan, temperatur udara diantara 16 ~ 52°C.
  • Semprotkan penetrant pada bagian yang di check, pada jarak sekitar 20 cm. Bersihkan penetrant yang meluber diluar daerah pengecekan (+/- 25 mm kiri-kanan). Biarkan penetrant meresap pada daerah yang diperiksa selama +/- 10 menit atau sesuai petunjuk pabrik pembuatanya.
  • Setelah waktu penetrasi tercapai, penetran pertama-tama dibersihkan dengan lap halus/majun, perhatikan cara menyapunya satu arah saja. Selanjutnya bersihkan jejak penetrant dengan majun/lap yang dibasahi cleaner dan disapukan satu arah, sampai didapatkan jejak-jejak penetrant bersih
  • Biarkan kering dengan sendirinya
  • Semprotkan developer pada daerah yang diperiksa
  • Hasil pemeriksaan didapatkan setelah 7 menit, tetapi setelah 30 menit waktu pengembangan tidak diakui sebagai indikasi. Jadi pemeriksaan harus dilakukan setelah tercapai 7 menit.
  • Ukur cahaya pada daerah yang di examination ukuran cahaya 1000 Lux
  • Setelah hasil pemeriksaan didapatkan, segera dilakukan post cleaning, yaitu bekas-bekas penetrant dibersihkan dengan majun dan disemprotkan cleaner dan dibersihkan sehingga seperti keadaan semula sebelum dilakukan pemeriksaan.

Referensi

Materi Pelatihan Daring Visual Test and Dye-Penetrant for Welding, BBPPMVP BOE Malang. Juni 2021.

PENGELASAN SAMBUNGAN TUMPUL (GROOVE) PELAT dengan PELAT

Menghilangkan Las Cantum (Tack Weld) Sesuai Prosedur

Tack Weld pada hakekatnya adalah las yang pendek. Mengingat kegunaannya hanya untuk sementara, yakni mengunci penyetelan. Setelah pengelasan akar selesai tack weld dibuka kembali, maka biasanya tack weld dilaksanakan dengan amper rendah, sehingga akibatnya bermuka cembung (convex). Karena muka cembung terciptalah takik takik dikedua sisi tack weld tersebut yang berpotensi untuk menghasilkan retak jempol kaki. Karenanya tack weld ibarat sebagai buah simalakama, diperlukan namun sekaligus membahayakan. Itulah sebabnya disini disarankan makin sedikit tack weld digunakan makin baik. Sebagai pengganti penggunaan sirip penyetel yang menggunakan tack weld, dapat digunakan klem mekanis. 

Untuk tack weld yang dilaksanakan di bagian dalam Kampuh las, jika pelaksananya adalah juru las yang tidak berkualifikasi , maka tack weld harus dibongkar Sebelum dilewati las akar. Untuk tack weld dalam kampuh las yang dilaksanakan Oleh juru las yang berkualifikasi, bekas tack weld dapat langsung dilebur bersama las akar . Walaupun hanya satu buah tack weld, namun jika WPS las produksi menentukan harus menggunakan pemanasan awal,  maka pelaksanaan tack weld pun harus didahului dengan pemanasan awal. Sambungan logam dasar di tack weld, untuk mencegah atau mengontrol distorsi pada waktu mengelas. Pengelasan ini dapat dilakukan dalam satu, dua, atau tiga pass, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Tack Weld Sambungan V

Jika dilakukan dalam satu operasi, welder harus menggunakan gerakan weaving untuk mendistribusikan logam bahan tambah pada alur-V dan sehingga memperoleh fusi yang kuat. Jika menggunakan dua atau lebih manik las untuk menyelesaikan pengelasan, maka welder seharusnya membersihkan manik las terlebih dahulu sebelum membuat manik las selanjutnya. Hal ini berfungsi untuk mencegah masukkan terak dalam manik las atau pass selanjutnya. 

Penembusan pada pengelasan ini ringan, dan dibuat di atas permukaan logam dasar Untuk menjamin penembusan sempurna pada alur las, seharusnya menggunakan metode lubang kunci. Lubang kunci hanya dapat dilihat pada lintasan pertama atau akar (root pass). Seiring dengan kawah busur membentuk dan meleleh melalui logam yang lebih tipis pada muka akar (root face), maka akan terbentuk lubang kecil. Lubang kunci secara continue diisi ketika las bergerak maju. Lubang kelihatan seperti lubang kunci model lama, lihat gambar di bawah ini :

Key Hole

Jika diameter lubang kunci dijaga konstan, jumlah penembusan juga akan seragam Juru las perlu menghilangkan tack weld yang menghalangi untuk proses selanjutnya jika tack weld di lakukan di tengah material. Menghilangkan tack weld tersebut dengan cara di gerinda.

Tack Weld

Arah (Pengelasan) Pergerakan Las Sesuai Prosedur

Dalam proses las SMAW  GMAW FCAW arah pengelasan bisa mendorong cairan (maju/Forehand) atau menarik cairan (mundur/Backhand) sesuai kebutuhan dan posisi pengelasan. Pada proses las GTAW dan OAW arah pengelasan harus mendorong cairan (maju/Forehand). Seperti di perlihatkan pada gambar di bawah :

Arah Pengelasan Pada Proses GMAW atau FCAW


Arah Pengelasan Pada Proses GTAW


Sedangkan gerakan/ayunan tang las/elektroda (welding gun) pada SMAW, GMAW,FCAW, GTAW OAW, terutama dipengaruhi oleh: Bentuk sambungan , Tebal bahan, Lebar persiapan sambungan, Jenis bahan dan Posisi pengelasan. Gerakan/ayunan tang las/elektroda diupayakan lurus, apabila tidak memungkinkan gerakan lurus (misal pengelasan arah naik) diusahakan menggunakan ayunan ke samping seminimal mungkin. Misalnya lebar ayunan untuk setiap jalur maksimal 16 mm. Berikut ini merupakan beberapa bentuk gerakan/ayunan pengelasan yang banyak digunakan pada pengelasan menggunakan SMAW, GMAW/FCAW, GTAW OAW, terutama pengelasan pada posisi tegak : 

Bentuk Gerak Ayunan

Arah pengelasan (elektroda) pada proses las busur manual adalah arah mundur atau ditarik (BACKHAND), sehingga bila operator las menggunakan tangan kanan, maka arah pengelasan adalah dari kiri ke kanan. Demikian juga sebaliknya, jika menggunakan tangan kanan, maka tarikan elektroda adalah dari kanan ke kiri. 

Namun, pada kondisi tertentu dapat dilakukan dari depan mengarah ke tubuh operator las.  Dalam hal ini, yang terpenting adalah sudut elektroda terhadap garis tarikan elektroda sesuai dengan ketentuan (prosedur yang ditetapkan) dan busur serta cairan logam las dapat terlihat secara sempurna oleh operator las. 

Referensi :
Buku Informasi, Membuat Sambungan Las Kampuh (Groove) Sesuai Welding Procedure Specification (WPS) Untuk Pengelasan Pelat Ke Pelat dan Sesuai dengan Proses Las yang digunakan, Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Dan Produktivitas Direktorat Bina Standarisasi Kompetensi Dan Pelatihan Kerja. Tahun 2018

Flux Core Arc Welding (FCAW) : Pengoperasian FCAW

Proses pengelasan busur yang menghasilkan peleburan logam dengan menggunakan panas busur
antara elektroda logam pengisi kontinu (dapat di umpan) dan pekerjaan. Pelindung disediakan oleh fluks yang terkandung di dalam elektroda tubular. Pelindung tambahan mungkin dtambahkan atau tidak dari gas yang disuplai atau campuran gas.

Penyiapan FCAW Secara Umum

Persiapannya hampir sama dengan GMAW, salah satu yang membedakannya pada kawat yang digunakan, GMAW menggunakan kawat solid sementara FCAW menggunakan kawat tubular berinti Fluks. Yaitu :
  1. Sumber daya potensial yang konstan (cocok untuk bekerja)
  2. Pengumpan kabel kecepatan konstan (cocok untuk kabel yang akan digunakan)
  3. Elektroda (kawat) cocok untuk bekerja
  4. Regulator / flowmeter (disesuaikan dengan gas atau campuran)
  5. Silinder campuran gas atau gas (cocok untuk bekerja)
  6. Rakitan gun dan kabel yang sesuai
  7. Panjang kabel las yang sesuai
  8. Panjang kabel arde dan penjepit yang sesuai
  9. Helm las dan alat pelindung

Klasifikasi Kawat Elektroda

FCAW adalah proses las yang menggunakan kawat elektroda kontinyu, di mana inti fluksi akan melindungi cairan las dan kemudian membentuk terak ( tipis ) setelah cairan las beku, seperti proses las busur manual.

Beberapa tipe kawat elektroda dapat melindungi secara keseluruhan proses tersebut, artinya fluksinya dapat melindungi cairan las dari kontaminasi udara luar pada saat proses las berlangsung dan membentuk terak pelindung saat pembekuan. Namun ada tipe kawat elektroda yang membutuhkan gas pelindung tambahan ( kedua ), seperti gas Carbon Dioksida ( CO2 ) atau campuran gas Argon / CO2.

Kawat elektroda berinti fluksi ( flux-core electrode wire ) diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain :
  • bahan yang dilas
  • gas pelindung yang gunakan
  • posisi pengelasan
  • jenis arus yang dipakai
  • bentuk konstruksi

Sistem penulisan pada pengklasifikasian kawat elektroda dibagi tiga kelompok, di mana tiap kelompok terdiri dari huruf dan angka yang akan menunjukkan arti dari klasifikasi kawat tersebut. Ada beberapa sistem klasifikasi elektroda yang dipakai saat ini, antara lain menurut sistem klasifikasi American Welding Society ( AWS ), Australian Standard ( AS ), JIS, DIN, dan lainnya.

Sumber daya potensial konstan (CP) atau tegangan konstan (CV) tersedia dengan kontrol mekanis, elektrik, atau solid state dalam berbagai kapasitas. Pengumpan kabel kecepatan konstan tersedia dalam berbagai kapasitas yaitu ukuran kawat, kecepatan umpan kawat, dll.

Klasifikasi Elektroda FCAW menurut AWS

Elektroda FCAW di tulis seperti berikut, Contoh ER70T-9 dimana :
  • ER    = Electrode Rod (Kawat Elektroda
  • 70     = Kekuatan tarik minimum dalam 1000 psi
  • T       = Kawat Tubular
  • 9       = Kelas khusus berbasis kawat pada analisis kimia dan properti fisik

Pemilihan Kawat Elektroda 

Jenis elektroda yang akan digunakan pada suatu pengelasan sangat ditentukan oleh keperluan pengelasan itu sendiri.  Secara umum jenis kawat elektroda untuk FCAW adalah : rutile, hydrogen controlled, serbuk besi ( metal cored ) dan self-shieding yang penggunaannya adalah sebagai 
berikut : 

1. Rutile 
Kawat elektroda rutile digunakan untuk pengelasan sambungan tumpul ( butt ) dan sudut ( fillet ) jalur tunggal atau bertumpuk ( multiple ) pada baja tegangan rendah atau medium untuk posisi flat, vertikal dan di atas kepala. 

2. Basic ( Hydrogen Controlled ) 
Kawat elektroda jenis ini digunakan untuk pengelasan kualitas tinggi, sehingga susuai untuk mengelas baja tegangan tinggi atau untuk penggunaan di mana dibutuhkan sifat mekanik yang baik. Secara umum kawat elektroda hydrogen controlled cocok untuk pengelasan semua posisi. 

3. Serbuk Besi ( Metal Cored ) 
Kawat elektroda jenis ini dibuat dengan menambahkan serbuk besi, bahan-bahan paduan dan sedikit stabiliser arus. Proses pengelasan menggunakan DC + dan gas pelindung adalah Argon-mix . Menghasilkan pengisian/ jalur las yang baik pada penggunaan arus tinggi dan volume yang banyak dengan terak yang tipis. 
 
4. Self-Shielding 
Jenis kawat elektroda ini tidak membutuhkan gas pelindung tambahan, artinya kebutuhan gas pelindung sudah tercukupi oleh fluksi yang ada pada inti kawat.  

Kelebihan kawat las self-shielding : 
  • Biaya pengoperasian lebih murah, karena tidak memerlukan gas pelindung, regulator, dan flow meter.  
  • Dapat digunakan pada pengelasan di daerah terbuka, di mana tiupan angin menjadi masalah. 
  • Harga tang las dan biaya perawatan lebih murah. 
  • Jenis kawat las lebih bervariasi ( a.l : untuk jalur bertumpuk, root, paduan, dan untuk konstruksi berat). 
Kelemahan kawat las self-shielding : 
  • Sensitif terhadap kondisi pengelasan ( hasil tidak maksimal jika teknik las dan penanganan atau setting tidak sesuai ). 
  • Asap las sangat banyak, sehingga memerlukan sistem pengisap jika mengelas dalam ruangan (tempat) tertutup. 

Stickout  

Stickout adalah panjang kawat elektroda yang keluar dari ujung nozzle. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka pengaturan stickout harus sesuai dengan jenis pekerjaan dan diameter kawat, namun secara umum adalah lebih panjang bila dibandingkan dengan penggunaan pada GMAW, yaitu antara 10 mm untuk kawat diameter kecil sampai 30 mm untuk kawat diameter besar. Biasanya tiap pabrik pembuat kawat las flux cored  merekomendasikan panjang stickout yang sesuai untuk memperoleh hasil las yang optimum, yakni dengan mengacu pada : 
  • jenis gas pelindung ( jika tipe kawat non self-shielding ) 
  • diameter kawat 
  • posisi pengelasan 
  • pengkutuban. 


Pengaturan Besar Arus dan Tegangan Pengelasan  

1. Rutile 
Tabel berikut ini adalah ketentuan untuk DC positif, gas pelindung CO2 pada penggunaan 8 – 12 L/min: 



2. Hydrogen Controlled 
Tabel berikut ini adalah ketentuan untuk DC positif, gas pelindung 18% Argon/ CO2 pada penggunaan 15 – 20 L/min: 


3. Serbuk Besi

4. Self-Shielding 
Pengelasan hanya menggunakan DC negatif: 



Keselamatan dan Kesehatan Kerja FCAW (review ) 

Sama halnya dengan proses-proses las yang lain, khususnya yang menggunakan las busur listrik, maka pekerjaan FCAW adalah salah satu jenis pekerjaan yang cukup berpotensi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan atau malah dapat menyebabkan kecelakaan kerja. 
Gangguan kesehatan atau kecelakaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni operator atau teknisi las itu sendiri, mesin dan alat-alat las, atau lingkungan kerja, namun secara umum ada beberapa resiko kalau bekerja dengan proses FCAW, yaitu kejutan listrik ( electric shock ), sinar las, debu dan asap las dan luka bakar serta kebakaran. 

Kejutan Listrik 
Kecelakaan akibat kejutan listrik dapat terjadi setiap saat, baik itu pada saat pemasangan peralatan, penyetelan atau pada saat pengelasan. Resiko yang akan terjadi dapat berupa luka bakar, terjatuh, pingsan serta dapat meninggal dunia. Upaya mencegah kecelakaan pada mesin FCAW  : 
  • Kabel primer harus terjamin dengan baik, mempunyai isolasi yang baik. 
  • Kabel primer usahakan sependek mungkin 
  • Hindarkan kabel-kabel las dari goresan, loncatan bunga api dan kejatuhan benda panas 
  • Periksalah sambungan-sambungan kabel, apakah sudah ketat, sebab persambungan yang longgar  dapat menimbulkan panas yang tinggi serta dapat mengganggu kestabilan arus las. 
  • Jangan meletakkan tang las pada meja las atau pada benda kerja 
  • Perbaikilah segera kabel-kabel yang rusak 
  • Pemeliharaan dan perbaikan mesin las sebaiknya ditangani oleh orang yang ahli di bidangnya. 
  • Jangan mengganggu komponen-komponen dari mesin las. 

Sinar las 
Dalam proses pengelasan menggunakan FCAW timbul sinar yang membahayakan operator las dan pekerja lain didaerah pengelasan. Sinar yang membahayakan tersebut adalah : 
  • Cahaya tampak 
  • Sinar infra merah 
  • Sinar ultra violet 
Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las  : 
  • Memakai pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu kedok atau helm las. 
  • Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja ( pakaian pelindung ) pakaian kerja , apron/jaket las, sarung tangan , sepatu keselamatan kerja ). 
  • Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak terganggu (menggunakan kamar las yang tertutup, menggunakan tabir penghalang. 

Debu dan Asap Las 
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 mikro meter sampai dengan 3 mikro meter yang biasanya terdiri dari jenis debu eternit dan hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan ukuran 0,5 mikro meter dapat terhisap, tetapi sebagian akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedang yang lebih halus akan terbawa ke dalam dan ke luar kembali. Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara diparu-paru akan menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu debu dan 
asap las perlu dapat perhatian khusus. 
Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las  : 
  • Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur dan diupayakan, di mana setiap kamar las dilengkapi dengan pipa pengisap debu dan asap yang penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata / posisi wajah ( hidung ) operator las yang bersangkutan. 
  • Menggunakan kedok/ helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung harus menutupi sampai di bawah wajah ( dagu ), sehingga mengurangi asap/ debu ringan melewati wajah. 
  • Menggunakan baju las (Apron) terbuat dart kulit atau asbes. 
  • Menggunakan alat pernafasan pelindung debu, jika ruangannya tidak ada sirkulasi udara yang memadai ( sama sekali tidak ada ). 

Luka Bakar 
Luka bakar dapat terjadi karena  : 
  • Logam panas 
  • Busur cahaya 
  • Loncatan bunga api 
Untuk mencegah luka bakar, operator las harus memakai baju kerja yang lengkap yang 
meliputi : 
  • Baju kerja (overall) dari bahan katun 
  • Apron / jaket kulit 
  • Sarung tangan kulit 
  • Topi kulit ( terutama untuk pengelasan posisi di atas kepala ) 
  • Sepatu kerja 
  • Helm / kedok las 
  • Kaca mata bening, terutama pada saat membuang terak. 
Artikel Terkait : Peralatan FCAW
Referensi 
Indonesia Australia Partnership for Skills Development, Batam Institutional Development Project :
dasar-las-flux-core-fcaw . Tahun 2002.